REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Program Kapal Pemuda Asia Tenggara-Jepang ke-43 resmi dimulai. Peresmian itu ditandai dengan pembukaan Pre-Departure Training Program Kapal Pemuda Asia Tenggara–Jepang (The Ship for Southeast Asian and Japanese Youth Program/SSEAYP) ke-43, di Jakarta, Sabtu (8/10).
"Pemuda adalah pemilik masa depan, sementara orang tua adalah pemilik masa lalu. Ketika kita dapat memastikan kesinambungan, itulah sesungguhnya tanda bahwa Indonesia dapat meneruskan tonggak estafetnya dari generasi tua ke generasi penerus," kata Plt Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olah Raga Yuni Poerwanti di depan para undangan dan 28 pemuda-pemudi dari berbagai provinsi di Indonesia yang akan menjadi delegasi Indonesia dalam program tersebut.
Yuni mengatakan, seberat apapun tugas para peserta SSEAYP, jika dimasukkan ke dalam hati dan dikerjakan secara ikhlas dengan niat untuk diselesaikan dan dipertanggungjawabkan, maka seluruh tugas yang berat tersebut akan terasa ringan. “Buat apa jadi pemuda Indonesia, jika tidak punya semangat juang?” ujar dia dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Kamis (13/10).
Indonesia, menurut Yuni, dikenal sebagai peserta yang ramah dan suka bergotong royong. "Itu tetap dijaga dan jangan diabaikan. Kami berharap kalian dapat meneruskan prestasi yang telah diraih oleh delegasi Indonesia pada program SSEAYP tahun-tahun sebelumnya," kata Yuni.
Selain Yuni, acara tersebut juga dihadiri oleh Asisten Deputi Peningkatan Kapasitas Pemuda Kementerian Pemuda dan Olah Raga Alman Hudri dan Presiden SSEAYP International Indonesia, Inc. (asosiasi alumni peserta SSEAYP di Indonesia) Oddy Medrian.
Dalam pandangan Wakil Menteri Luar Negeri AM Fachir, SSEAYP dapat menjadi kesempatan bagi para peserta untuk menjadi bagian dari masyarakati internasional yang baik dan kontributif. "We are a big country, so act like one," ungkap Fachir saat memberi kuliah umum pada hari pertama kegiatan Pre-Departure Training SSEAYP ke-43.
Dengan modal pluralisme yang masih terjaga, ia berharap, para peserta dapat mendorong semangat dialog, toleransi, dan kesalingsepahaman. Pada kesempatan itu, Fachir juga menceritakan pengalamannya saat menjadi peserta program ini 38 tahun silam.
Program ini, menurut dia, telah menuntunnya untuk merintis karier sebagai diplomat. Yang tak kalah penting, program ini juga telah mempertemukannya dengan belahan jiwanya, Yasmin Fachir, alumni SSEAYP 1976.
Fachir juga menekankan, saat ini semua orang dapat menjadi duta dengan cara masing-masing. Namun, dengan menjadi duta, tentunya akan ada tanggung jawab dan kewajiban yang harus dijalankan dan dipenuhi.
Karena itu, dia meminta para peserta untuk dapat memahami tanggung jawab yang akan mereka emban sebagai perwakilan Indonesia dalam program ini. "Jangan pernah menganggap remeh. You have a big mission!" tegas Fachir yang pada 1978 menjadi peserta SSEAYP mewakili daerah asalnya, Kalimantan Selatan.
Tahun ini, SSEAYP akan berlangsung selama 52 hari. Perjalanan kapal akan dimulai dari Tokyo, Jepang dan akan berlabuh di empat kota di Asia Tenggara yakni Ho Chi Minh City, Bangkok, Singapura, dan Jakarta. Selain itu, para pemimpin delegasi dari masing-masing negara akan mengunjungi Phnom Penh di Kamboja untuk melakukan kunjungan resmi kepada kepala pemerintahan Kamboja.
SSEAYP dimulai pada 1974. Kegiatan ini diikuti oleh sepuluh negara ASEAN dan Jepang dengan tujuan mempromosikan sikap saling menghormati, sikap saling kesepahaman, dan pertemanan di antara masyarakat Jepang dan ASEAN untuk masa depan yang lebih baik.
Peserta SSEAYP dari setiap negara merupakan hasil seleksi dan pelatihan kepemimpinan terhadap pemuda-pemudi di negara masing-masing. Setiap negara mengirimkan 28 orang pemuda yang disebut sebagai Participating Youth dan satu orang pemimpin delegasi yang disebut National Leader. Setiap tahunnya, program ini diikuti oleh sekitar 330 peserta.