REPUBLIKA.CO.ID, ALEPPO - Sejak Kamis (13/10), warga di Aleppo timur tidak tidur sepanjang malam. Mereka tetap terjaga karena pesawat-pesawat tempur Suriah dan Rusia terus melancarkan serangan. "Putri saya tidak berhenti menangis semalaman. Teman-teman saya juga. Hampir setiap wilayah menjadi sasaran tembakan," ujar warga Aleppo timur, Abdulkami al-Hamdo, dikutip dari The Independent.
Lebih dari 150 orang tewas di Aleppo timur karena serangan yang dilakukan Suriah dan Rusia yang terus menerus dilakukan selama dua hari. Hanya ada tiga anak-anak yang pergi ke sekolah pada Kamis (13/10), sisanya tidak diperbolehkan keluar rumah oleh orang tua mereka karena khawatir akan adanya serangan.
Syrian Civil Defense, yang dikenal sebagai White Helmets, mengatakan, pihaknya masih mencari 15 orang warga yang hilang di reruntuhan wilayah Bustan al-Qasr. Wilayah tersebut rusak parah akibat pemboman yang terjadi semalaman. "Kami takut membayangkan apa yang akan terjadi jika milisi Irak sampai di sini. Kami pikir kami akan mati olehnya, jika kami tidak mati dalam serangan," kata seorang aktivis, Wissam Zarqa.
PBB dan lembaga internasional lainnya memperkirakan korban tewas di Aleppo timur mencapai 360 orang, termasuk 100 anak-anak, sejak pertama kali konflik terjadi. Sejumlah serangan dilakukan oleh pasukan Presiden Bashar al-Assad untuk merebut kembali kota Aleppo dari tangan pemberontak.
Sebanyak 250 ribu penduduk Aleppo timur saat ini terjebak dalam barikade pasukan Suriah dan Rusia. Sejumlah pihak mengupayakan evakuasi warga sipil dari wilayah tersebut, namun hal itu sulit dilakukan karena barikade sulit ditembus.