REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Israel membekukan kerja sama dengan Unesco, Jumat (13/10). Israel menuduh lembaga budaya PBB ini menyangkal kompleks Al-Aqsa sebagai situs suci Yahudi.
Menteri pendidikan Israel, Naftali Bennett mengatakan, draft keputusan Unesco tentang Jerusalem menyangkal sejarah dan mendorong teror. Respons Israel ini muncul setelah Unesco menerima putusan yang hanya menyebut nama Islam untuk kompleks Al-Aqsa.
Draft putusan yang diajukan tujuh negara Arab itu mengkritik aktivitas Israel di tempat suci Jerusalem dan Tepi Barat. Dokumen Unesco tidak menuliskan Kota Tua Jerusalem dan Tembok Ratapan. Dokumen itu hanya menulis Masjid Al-Aqsa.
Dalam sejarah Yahudi, kompleks tersebut diklaim tempat kuil suci Yahudi yang berdekatan dengan Western Wall. Sementara, masjid Al-Aqsa adalah tempat suci umat Islam yang merupakan lokasi isra mi'raj Nabi Muhammad SAW.
Bennett mengklaim Unesco telah mengabaikan hubungan ribuan tahun Yahudi dengan Jerusalem. Ia juga menuduh Unesco membantu aksi teror Islam.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan, Unesco telah jadi teater absurb dengan keputusan delusional. "Mengatakan Israel tak ada hubungan dengan Temple Mount dan Western Wall seperti mengatakan Cina tak ada hubungan dengan Great Wall dan Mesir tak ada hubungan dengan piramida," kata dia.