Sabtu 15 Oct 2016 13:59 WIB

Pilpres Buat Warga AS Stres

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Agung Sasongko
Calon presiden AS Donald Trump dan Hillary Clinton berjabat tangan usai debat capres kedua di Washington University, St Louis, Ahad, 9 Oktober 2016.
Foto: AP Photo/Patrick Semansky
Calon presiden AS Donald Trump dan Hillary Clinton berjabat tangan usai debat capres kedua di Washington University, St Louis, Ahad, 9 Oktober 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemilihan presiden Amerika Serikat tahun ini cukup berbeda dari sebelumnya. Terutama pada kondisi pemilih.

Para pakar setidaknya menyadari bahwa pemilu cukup membuat penduduk stres. Kandidat presiden yang disajikan partai ternyata menjadi salah satu penyebabnya.

Perang dalam debat, konstroversi, latar belakang, pandangan, idealisme hingga tabiat setiap kandidat membuat penduduk cukup kelimpungan. Sebagian besar khawatir akan masa depan AS. Sejumlah orang tua bahkan ragu apakah mengizinkan anaknya menonton debat atau tidak.

Tampaknya kepanikan menghinggapi setiap kepala warga AS. Asosiasi Psikologi Amerika melakukan survei terhadap ribuan penduduk AS untuk mengukur kadar stres mereka. Secara umum, 52 persen orang dewasa mengatakan pemilu presiden adalah sumber stres.

Persentase tersebut merata pada penduduk Republik atau Demokrat, perempuan dan laki-laki. Manula usia diatas 71 tahun adalah yang paling stres, diikuti penduduk milenia dengan range usia 17-31 tahun.

Kemungkinan, stres pada generasi muda datang dari seringnya mereka membuka Facebook. Pasalnya, 54 persen orang dewasa menggunakan media sosial dan mengatakan pemilu membuat stres.

Atas fenomena ini, Asosiasi menyarankan beberapa hal agar kadar stres bisa dikurangi. Seperti misalnya mengurangi penggunaan komputer dan internet. Karena sebagian besar materi pemilu muncul di internet.

Pemberitaan terkait masing-masing kandidat pun tak berhenti muncul di tab situs-situs AS. Psikolog menyarankan penduduk juga mematikan ponsel dan televisi. "Cukup membaca apa yang diperlukan kemudian pergi lah menghabiskan waktu dengan teman," katanya dilansir Elle.

Selain itu, sebaiknya tidak membicarakan pemilu atau politik dengan teman. Alihkan kekhawatiran pada sesuatu yang lebih produktif juga penting. Asosiasi juga memperingatkan bahwa AS pernah menghadapi pemilu yang ketat sebelumnya sehingga kali ini pun akan berlalu.

"Apa pun yang terjadi pada 8 November, hidup harus tetap berlanjut," katanya. Sistem pemilu dan pemerintahan AS terlatih untuk menjaga stabilitas dengan segera meski sebelumnya cukup kacau.

Bahkan jika kandidat yang tidak diharapkan menang, nominasi masih harus menghadapi komite ahli untuk mulai menjabat. Terakhir, Asosiasi menyarankan apa pun yang terjadi, penduduk harus menggunakan hak pilihnya.

"Dengan memilih, Anda akan merasa telah melakukan langkah proaktif dan berpartisipasi pada siklus pemilu," kata Asosiasi. Sementara, dalam perkembangan terbaru, kandidat Demokrat masih tetap memimpin jajak pendapat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement