Senin 17 Oct 2016 14:14 WIB

Air Mata, Ciuman Warnai Reuni Gadis Chibok dan Keluarga

Rep: dyah ratna meta novia/ Red: Ani Nursalikah
Warga menuntut dibebaskannya 200 siswi yang diculik Boko Haram dari Desa Chibok, Nigeria.
Foto: Reuters/Joe Penney
Warga menuntut dibebaskannya 200 siswi yang diculik Boko Haram dari Desa Chibok, Nigeria.

REPUBLIKA.CO.ID, ABUJA -- Sebanyak 21 siswi yang diculik kelompok pemberontak bersenjata Boko Haram telah bertemu dengan keluarganya kembali. Mereka dibebaskan setelah 30 bulan.

Teriakan, tangisan dan ciuman kebahagiaan saat mereka bertemu dengan keluarganya menghiasi suasana pertemuan yang mengharukan di Kota Abuja tersebut.  Sebanyak 21 siswi yang dibebaskan itu hanya sebagian kecil dari siswi yang diculik.

Sebenarnya Boko Haram telah menculik 200 siswi di Kota Chibok pada April 2014. Boko Haram merupakan pemberontak garis keras yang sangat kejam dan gemar melakukan penculikan.

Muta Abana, salah seorang ayah siswi yang diculik mengatakan ketika ia mendengar para siswa diculik termasuk anak perempuannya, ia dan keluarganya sangat gelisah. "Kami mencoba tidur namun seolah hari tak pernah berakhir, malam-malam penuh kegelisahan," katanya dilansir Aljazirah, Senin, (17/10).

Istri Muta Abana, Hawa Abana mengatakan Boko Haram menculik ratusan anak-anak perempuan yang bersekolah karena Boko Haram tak ingin mereka sukses di masa depan. Karena itu mereka menculiknya saat ke sekolah.

"Tapi untungnya atas rahmat Allah anak saya dibebaskan. Anak perempuan saya akan melanjutkan sekolah supaya sukses, Boko Haram tak bisa menghalangi karena sudah tak punya kekuatan lagi," ujar Hawa Abana.

Manajer Wanita dan Anak Perempuan di Program Pengakuan dan Stabilitas Nigeria, Eleanor Nwadinobi mengatakan anak-anak perempuan yang diculik saat ini di bawah perawatannya. "Mereka diberikan penyembuhan dari trauma, diperhatikan kesehatannya, dan diberikan gizi yang dibutuhkan sesuai kebutuhan masing-masing," katanya.

Menurutnya, sangat penting bagi anak-anak korban penculikan itu tidak merasa kesepian. Mereka membutuhkan teman bicara dan dorongan moral supaya kuat.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement