REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Pasukan Khusus Australia akan membantu militer Irak dalam pertempuran yang merebut kembali Mosul, yang dikuasai kelompok yang menamakan diri Negara Islam (ISIS).
Menteri Pertahanan Australia Marise Payne telah memperingatkan pertempuran ini akan panjang dan rumit. Ia juga telah mengonfirmasi Pasukan Operasi Khusus, yang terdiri dari 80 personel akan membantu kelompok koalisi dan pasukan Irak, saat mereka memukul mundur kelompok ISIS dari sebelah utara kota Mosul.
"Peran kelompok pemberi nasihat dan pendukung akan terus berlanjut, seperti yang telah terjadi selama beberapa bulan untuk mendukung pasukan operasi khusus seperti yang terlihat," kata Menteri Marise.
Tapi dirinya menolak memberikan rincian spesifik dari pergerakan pasukan khusus Australia. Hanya ia menegaskan mereka memiliki peran yang sama dengan operasi militer sebelumnya, termasuk saat perang di Ramadi dimana pasukan khusus membantu 1.000 serangan udara dari jarak jauh.
Pada Senin (17/10), Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi, lewat siaran televisi nasional, mengumumkan dimulainya operasi militer untuk merebut kembali Mosul. Tapi Marise telah memperingatkan kemenangan bukanlah hal yang mudah.
"Jalan menuju Mosul sudah sangat panjang, dan tindakan disana diperkirakan akan memakan waktu cukup lama, jadi bukan proses yang sederhana," katanya.
Ada kekhawatiran bagi satu juta warga sipil yang tinggal di kota Irak tersebut, dimana tentara memulai perperangan di jalanan untuk merebut kembali tanah yang diambil oleh kelompok ISIS dua tahun lalu tersebut. Namun, Menteri Pertahanan menolak mengomentari kemungkinan jatuhnya korban sipil.
"Saya tidak menduga dulu tingkat korban, kalau tidak, saya bisa menjawabnya," katanya.