Selasa 18 Oct 2016 16:27 WIB

Rusia Serukan Gencatan Senjata Delapan Jam di Aleppo

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Ani Nursalikah
Seorang anak menyaksikan bangunan bekas pengeboman di Aleppo, Suriah.
Foto: REUTERS/Abdalrhman Ismail
Seorang anak menyaksikan bangunan bekas pengeboman di Aleppo, Suriah.

REPUBLIKA.CO.ID, ALEPPO -- Rusia mengumumkan rencana gencatan senjata selama delapan jam untuk bantuan kemanusiaan di Aleppo, Suriah, Selasa (18/10). PBB dan Uni Eropa menyambut baik pengumuman tersebut.

"Kami memutuskan tidak membuang waktu dan menjalankan gencatan senjata kemanusiaan," kata pejabat senior militer Rusia, Sergei Rudskoi di Moskow.

Jeda kemanusiaan itu meliputi bebas lalu lintas sipil, evakuasi orang sakit, terluka dan mundurnya militan. Rudskoi mengatakan gencatan senjata akan dimulai pukul delapan pagi hingga pukul empat sore di seluruh Aleppo.

"Selama periode ini, pasukan udara Rusia dan pasukan pemerintah Suriah akan menahan serangan," kata dia.

Meski disambut baik, PBB dan Uni Eropa menilai waktu delapan jam di pekan depan tidak akan cukup untuk pengiriman bantuan kemanusiaan.  Pejabat kemanusiaan PBB telah meminta pihak berperang melakukan gencatan senjata rutin setiap pekan selama 48 jam agar aktivitas kemanusiaan bisa dilakukan dengan leluasa dan maksimal.

Kontributor Aljazirah, Osama bin Javaid mengatakan sudah sebulan tidak ada gencatan senjata. Namun, Rusia dan pasukan Suriah meningkatkan operasi darat dan udaranya di area pemberontak dalam beberapa pekan belakangan.

Osama mengatakan sipil sulit mempercayai inisiatif gencatan senjata dari Rusia. "Banyak orang di Aleppo tidak bisa mempercayai mereka, gencatan senjata hanya untuk mengulang pembombardiran lebih lanjut," kata Osama.

Duta besar Rusia untuk PBB, Vitaly Churkin mengatakan jeda kemanusiaan delapan jam adalah inisiatif unilateral. "Gencatan senjata 48 jam atau 72 jam membutuhkan sebuah kesepakatan," kata dia dari markas besar PBB di New York.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement