REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Penduduk Mosul, Irak melaporkan ISIS menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia, Selasa (18/10). Operasi gabungan untuk membebaskan Mosul dari ISIS masih berlangsung sejak Senin.
Pemimpin ISIS dan salah satu dari pakar bahan peledak kelompok itu diperkirakan masih berada di Mosul. Reuters menghubungi penduduk yang berada di sana.
Ia mengatakan lebih dari 100 keluarga mulai bergerak dari selatan dan timur ke pusat Mosul. Selatan dan timur sedang menjadi medan perang intensif pihak bertikai.
Menurut penduduk, militan ISIS mencegah sipil melarikan diri dari Mosul. Mereka dikirim ke bangunan-bangunan yang sebelumnya digunakan ISIS. Bangunan itu terancam dibombardir serangan udara.
"Ini cukup jelas bahwa Daesh telah mulai menggunakan warga sipil untuk tameng manusia, yakni dengan mengizinkan banyak keluarga tetap di bangunan," kata Abu Mahir yang tinggal dekat universitas.
Seorang anggota Dewan Provinsi Nineveh di Mosul, Abdul Rahman Wagaa, telah meminta pemerintah dan pasukan koalisi untuk memperbarui data target. Ini agar warga sipil tidak terimbas pertempuran.
Sekitar 1,5 juta orang masih hidup di Mosul. International Organisation for Migration mengatakan telah mempersiapkan masker jika ada serangan kimia oleh militan. ISIS pernah melakukan itu pada pasukan Kurdi.
Koalisi AS mengatakan hingga saat ini pasukan gabungan telah membebaskan 10 desa. Pasukan pemerintah bergerak dari selatan sementara Kurdi dari timur.
Juru bicara Pentagon, Kapten Angkatan Laut Jeff Davis yakin ISIS telah menggunakan sipil sebagai tameng. "Mereka (warga sipil) ditahan, kami tidak melihat orang-orang meninggalkan Mosul atau melarikan diri," kata dia dikutip BBC.
PBB telah mulai membangun situs pengungsi di luar Mosul. Koordinator kemanusiaan Irak PBB, Lise Grande berasumsi mungkin sekitar 200 ribu orang bisa keluar Mosul dan membutuhkan tempat berlindung.