Rabu 19 Oct 2016 20:00 WIB

Malaysia dan Singapura Cemaskan Pelarian Anggota ISIS dari Mosul

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Budi Raharjo
Pasukan kontraterorisme elit Irak berkumpul menjelang operasi merebut kembali Mosul dari tangan ISIS, 15 Oktober 2016.
Foto: AP Photo/Khalid Mohammed
Pasukan kontraterorisme elit Irak berkumpul menjelang operasi merebut kembali Mosul dari tangan ISIS, 15 Oktober 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Malaysia mengadakan pertemuan dengan negara-negara Asia Tenggara terkait serangan Irak terhadap ISIS di kota Mosul, pada Selasa (18/10) lalu. Negara-negara Asia Tenggara membahas langkah-langkah antiteror yang terjadi akibat serangan tersebut.

Dikhawatirkan, serangan Irak ke Mosul akan memicu masuknya anggota ISIS ke Asia Tenggara. ISIS dinilai bisa melarikan diri dari negara asal mereka untuk mencari tempat yang lebih aman.

Wakil Perdana Menteri dan Menteri Dalam Negeri Malaysia, Ahmad Zahid Hamidi, mengatakan, Malaysia telah meningkatkan keamanan negara di wilayah perbatasan dan bandara-bandara.

"Kami bertukar informasi dengan badan-badan intelijen dan kami memiliki daftar tersangka. Lembaga penegak kami selalu siap tidak hanya di bandara tetapi juga di terowongan tikus," kata Zahid Hamidi, dikutip dari South China Morning Post.

Sementara Menteri Pertahanan Negara Malaysia, Hishammuddin Hussein, mengatakan ia telah menginstruksikan militer untuk mengawasi perkembangan situasi di Irak dan Suriah. Menurutnya, ia khawatir anggota ISIS akan datang ke Malaysia tidak dalam jumlah yang kecil.

"Bisa jadi ribuan dari mereka. Inilah sebabnya mengapa penting memiliki hubungan trilateral dengan Indonesia dan Filipina. Kami perlu memastikan kita memiliki banyak inter yang bisa melindungi wilayah kami," ujar Hishammuddin.

Wakil Perdana Menteri Singapura, Teo Chee Hean, juga mengatakan hal serupa. Menurut Chee Hean, serangan Irak ke Mosul dapat meningkatkan ancaman ISIS di wilayah Asia Tenggara.

Sejak 2013, sekitar 90 warga Malaysia telah bergabung dengan kelompok militan yang juga dikenal dengan sebutan Daesh. Sementara di Indonesia, warga yang bergabung dengan ISIS diperkirakan mencapai 500 orang, meski tidak ada angka resmi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement