Kamis 20 Oct 2016 14:34 WIB

Pemuda Australia Hidup Mewah Hingga tak Mampu Beli Rumah

Menu brunch populer di kalangan anak muda adalah 'smashed avocado', yang dianggap terlalu mahal.
Foto: abc
Menu brunch populer di kalangan anak muda adalah 'smashed avocado', yang dianggap terlalu mahal.

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Perdebatan soal apakah kaum milenial Australia harus meninggalkan sarapan mewah agar bisa menabung untuk uang muka beli rumah, sempat menjadi topik yang dibawa ke Senat Australia. Milenial adalah sebutan bagi mereka yang lahir antara 1980 dan awal 2000-an.

Senator dari Partai Hijau Australia, Peter Whish-Wilson bertanya kepada salah satu pejabat dari Kementerian Keuangan soal apakah anak-anak muda Australia harus berhenti mengeluarkan uang hingga 22 dolar AS atau sekitar Rp 220 ribu untuk hidangan telur rebus, alpukat yang dihancurkan dan sepotong roti.

John Fraser, salah satu pejabat di Kementerian Keuangan, malah menanggapinya dengan guyonan. Ia mengatakan lebih tertarik membahas harga secangkir kopi di Melbourne yang bisa jadi paling mahal di dunia. Tapi dirinya mengaku merasa khawatir dengan semakin banyaknya bantuan orang tua bagi anak-anak agar dapat membeli rumah.

Smashed avocado sedang menjadi topik hangat di Australia setelah Bernard Salt, mitra dari lembaga KPMG meyarankan anak muda Australia mengurangi pengeluaran untuk sarapan di luar dan lebih banyak menabung untuk uang muka rumah.

Sarannya ini ia tulis dalam sebuah kolom The Australian akhir pekan lalu (15/10). Dalam tulisannya, Bernard mengkritik kafe-kafe trendi ala hipster yang banyak ditemukan di kota-kota besar di Austalia. Bernard membahas mulai dari interior hingga menunya.

"Saya telah melihat anak muda memesan alpukat yang dihancurkan dengan keju feta dan roti terbuat dari lima jenis gandum seharga 22 dolar AS [sekitar Rp 220 ribu] bahkan lebih. Saya mampu membelinya karena saya sudah berumur dan telah membesarkan keluarga saya. Bagaimana anak-anak muda mampu makan ini? Bukankah sebaiknya makan di rumah? Seberapa sering mereka makan di luar? Dua puluh dua dolar selama beberapa kali dalam sepekan sebenarnya bisa untuk menabung beli rumah," tulisnya di koran tersebut.

Tentu saja tulisannya ini menimbulkan kontroversi di kalangan anak-anak muda di Australia dengan kebiasaan brunch (istilah breakfast lunch) atau makan pagi jelang siang hari biasanya di akhir pekan. Belum lagi makanan yang dihidangkan di kafe-kafe trendi tersebut sangat popular di jejaring sosial, terutama Instagram.

Kalangan anak muda langsung mengomentarinya di jejaring sosial dengan mengatakan ketidakmampuan membeli properti lebih disebabkan karena mahalnya harga rumah, bukan kebiasaan sarapan dan makan yang mewah.

Dari laporan David Taylor, wartawan ABC disebutkan seorang komedian asal Sydney, James Colley mengaku jika generasinya memang merasakan kegagalan menabung untuk beli rumah karena harga rumah pun sudah tidak terjangkau. Tapi menurutnya, anak muda tetap ingin menikmati kesenangan hidup yang ringan, seperti makan di kafe-kafe trendi.

"Angkanya tidak menambahkan jumlahnya, jadi saya merasa orang-orang memanjakan diri dengan hal kecil untuk membebaskan dari ketidakmampuan itu," katanya.

Sementara Roger Montgomery dari lembaga investasi Montgomery Fund seperti 'membela' anak-anak muda. "Mereka boleh memakan bubur quinoa dan alpukat sebanyak-banyaknya karena pasti harga properti akan turun dan kesabaran mereka akan terbayarkan pada akhirnya," ujar Roger.

Pada Ahad (16/10), lembaga Deloitte Access Economics mengatakan harga apartemen di kota-kota besar Australia akan turun hingga 15 persen di 2019. Jika memang prediksi ini tepat maka anak-anak muda bisa tetap memanjakan diri dengan menikmati sarapan mewah dan membeli rumah dalam tiga tahun kedepan. Sejumlah kafe memberikan potongan harga untuk menu sarapan

Pada Rabu (19/10), ABC melaporkan sejumlah kafe kini menawarkan diskon dan harga yang murah untuk menu dengan alpukat.

Salah satunya adalah Little Big Sugar Salt di kawasan Abbotsford Melbourne yang menghidangkan menu The Retirement Plan dengan sejenis keju kambing, bit, dengan harga 17 dolar AS atau sekitar Rp 170 ribu dan roti dengan alpukat, selai Vegemite dan tomat seharga 10 dolar AS atau sekitar Rp 100 ribu.

"Kami lebih senang bersama teman-teman di kafe, daripada sedih, kelaparan, dan kesepian dengan [memikirkan] investasi rumah," tulis salah satu postingan di halaman Facebook kafe tersebut.

Di Sydney pun, menu yang lebih sederhana dan ditawarkan dengan nama-nama unik, seperti Home Saver's Signature Avocado dan The Millenial. Tapi ada pula yang mengikuti saran dari Bernard dengan membuat sarapan sendiri dengan tetap menggunakan buah alpukat.

Ikuti cerita-cerita menarik lainnya dari Australia di australiaplus.com/indonesian dan bergabunglah bersama komunitas kami di facebook.com/AustraliaPlusIndonesia

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/berita/hubungan-sarapan-mahal-dan-harga-rumah/7946478
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement