Sabtu 22 Oct 2016 05:41 WIB

Jika Clinton Menang, Republikan tak Mau Akui Keputusan

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Andi Nur Aminah
Calon presiden AS dari Partai Republik Donald Trump dan Hillary Clinton dari Partai Demokrat dalam debat ketiga dan terakhir mereka di University of Las Vegas, Rabu, 19 Oktober 2016.
Foto: Mark Ralston/Pool via AP
Calon presiden AS dari Partai Republik Donald Trump dan Hillary Clinton dari Partai Demokrat dalam debat ketiga dan terakhir mereka di University of Las Vegas, Rabu, 19 Oktober 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Calon presiden dari Partai Demokrat Donald Trump berulang kali menyebut pemilihan presiden tahun ini dicurangi. Bahkan ia tidak akan menerima hasil pemilu jika bukan ia yang keluar sebagai pemenang.

Hanya setengah dari Partai Republik yang akan menerima Hillary Clinton, calon dari Partai Demokrat sebagai presiden mereka. Jika dia menang, menurut jajak pendapat Reuters/Ipsos hampir 70 persen Republikan mengatakan akan menyebut itu akibat kecurangan suara atau suara ilegal.

Temuan ini muncul setelah Trump mengulangi pernyataan bahwa media dan pembentukan politik berupaya melawannya dalam pemilu.  Sebaliknya, masih berdasarkan jajak pendapat, tujuh dari 10 Demokrat mengatakan akan menerima kemenangan Trump dan kurang dari 50 persen akan menghubungkannya dengan voting ilegal atau kecurangan suara. Sementara itu, Clinton mengatakan akan menerima hasil pemilu tidak peduli apapun hasilnya.

Jajak pendapat ini menunjukkan adanya kekhawatiran luas di seluruh spektrum politik tentang isu-isu voting seperti pemilih yang tidak memenuhi syarat memberikan suara, penindasan pemilih dan penghitungan suara yang tidak sebenarnya. Hampir delapan dari 10 Partai Republik prihatin tentang akurasi penghitungan suara akhir. Meskipun umumnya mereka yakin bahwa mereka akan dapat memberikan suara, hanya enam dari 10 yang yakin suara mereka akan dihitung secara akurat.

Di antara Demokrat, sekitar enam dari 10 prihatin dengan penghitungan suara. Mereka juga percaya bahwa mereka dapat memberikan suara mereka, delapan dari 10 meyakini suara mereka akan dihitung secara akurat.

"Partai Republik hanya lebih khawatir tentang segala sesuatu dari Demokrat," kata Lonna Atkeson, seorang profesor di University om New Mexico dan kepala Pusat Studi Voting Pemilihan dan Demokrasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement