REPUBLIKA.CO.ID, ARUSHA -- Perburuan gelap tak lagi menjadi tantangan yang lebih serius buat Taman Nasional Ruaha (RNP), yang berada di dataran tinggi di Tanzia Selatan, dibandingkan dengan kemarau parah yang melanda resapan air Sungai Ruaha Besar.
Para pengelola Taman menyampaikan keprihatinan mengenai musuh baru tersebut, yang mengancam kelangsungan hidup taman terbesar yang kaya akan keragaman hayati di Tanzania. Kepala Penjaga RNP Christopher Timbuka mengatakan saat ini resapan air sungai telah berubah menjadi daerah tandus sehingga menimbulkan ancaman serius buat margasatwa dan kegiatan manusia di lembah sungai itu.
"Ancaman baru buat kami sekarang bukan lagi perburuan gelap, tapi kemarau. Sungai adalah rumah buat lebih dari 30 spesies ikan, yang kini terancam. Mereka masih berada di segelintir kubangan air," kata Timbuka.
Ia menjelaskan saat ini, lebih dari 3.000 ikan ditemukan kehabisan oksigen di salah satu dari sedikit kubangan air, yang dulu dipenuhi air di lembah sungai tersebut. Kuda nil termasuk di antara hewan itu, yang kini terpengaruh oleh tantangan kemarau.
"Kekhawatiran kami sebagai pelestari alam ialah jika hujan tidak turun dalam lima pekan ke depan, kondisi akan bertambah buruk," kata Timbuka.
Ia mengungkapkan kemarau serupa dialami sungai tersebut pada 1993. Sungai itu mengalir melewati daerah basah Usangu dan Taman Nasional Ruaha ke arah timur menuju Sungai Rufiji. Pejabat taman tersebut mengatakan margasatwa juga menghadapi tantangan sreupa saat mereka menempuh perjalanan jauh guna menghindari haus yang mematikan.
Komisaris Regional Iringa, Amina Masenza mengakui situasi di lembah sungai itu menyedihkan sebab lembah sungai tersebut kering, dipenuhi debu, kondisi yang tak pernah saya harapkan. Ia menyerukan dilakukannya pendekatan banyak sektor guna menanggulangi tantangan yang dihadapi sungai penting di Tanzania itu.
Menurutnya, sungai itu menunjang lebih dari satu juta petani kecil, yang memproduksi bagian penting pangan di negeri tersebut di tanah subur di Lembah Ruaha. Sungai itu juga menyediakan 70 persen tenaga listrik Tanzania. Menteri Negara di Kantor Wakil Presiden Tanzania (Urusan Peyatuan dan Lingkungan Hidup) January Makamba, juga berkata, "Secara umum, ekologi seluruh sungai terancam akibat pola perubahan cuaca dan kegiatan yang berkaitan dengan manusia, yang mengurangi jumlah air di sungai."