REPUBLIKA.CO.ID, ALEPPO -- Kelompok internasional Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) meninggalkan rencananya untuk mengevakuasi pasien dari wilayah Aleppo timur yang dikuasai oleh oposisi.
Seperti dilansir Reuters, PBB sebelumnya berencana untuk mengevakuasi pasien di wilayah terkepung itu saat tiga hari jeda gencatan senjata pada pekan lalu.
Namun, menurut pejabat senior PBB untuk urusan kemanusiaan dan koordinator bantuan darurat, Stephen O’Brien, rencana itu terpaksa dibatalkan karena banyak pihak yang menghalangi upaya tersebut.
“Evakuasi terhalang oleh berbagai faktor, termasuk penundaan dalam menerima persetujuan dari pemerintah daerah di Aleppo timur. Kondisi ini terjadi karena kelompok bersenjata non-negara dan Pemerintah Suriah keberatan untuk memungkinkan bantuan medis dan lainnya dipasok ke bagian timur kota,” ujar O'Brien dalam sebuah pernyataan pada Senin (24/10).
Baca juga, Surat Dokter Aleppo ke Obama yang Menyentuh Hati.
O'Brien mengatakan, tidak ada pasien dan anggota keluarga yang berhasil dievakuasi selama gencatan senjata sepihak oleh Rusia, yang berakhir setelah dimulai kembali serangan udara dan lonjakan pertempuran darat pada Sabtu pekan lalu.
"Saya marah karena nasib warga sipil yang rentan, yang sakit dan terluka, anak-anak dan orang tua ditentukan seenaknya oleh pihak-pihak tersebut,” ujar O’Brien. Ia menyayangkan, kepentingan politik dan militer telah ditempatkan di atas kepentingan para warga di wilayah terkepung yang sangat membutuhkan bantuan.
PBB belum mampu mengakses Aleppo timur sejak Juli, setelah pemerintah Suriah dan pasukan sekutu mengepung wilayah tersebut.