Rabu 26 Oct 2016 03:00 WIB

Hillary Kecam Trump Soal Komentar Serangan Terhadap ISIS

Calon presiden AS Hillary Clinton dan Donald Trump usai melakukan debat ketiga dan terakhir di Las Vegas, rabu, 19 Oktober 2016.
Foto: AP Photo/John Locher
Calon presiden AS Hillary Clinton dan Donald Trump usai melakukan debat ketiga dan terakhir di Las Vegas, rabu, 19 Oktober 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW HAMPSHIRE -- Calon presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat Hillary Clinton mengecam saingannya, Donald Trump, yang berkomentar bahwa upaya serangan selama sepekan lebih untuk merebut kembali kota Mosul, Irak, dari kendali kelompok IS berjalan dengan buruk.

"Dia (Trump) pada dasarnya menyatakan kekalahan bahkan sebelum pertempuran dimulai. Dia membuktikan kepada dunia apa artinya memiliki seorang komandan tertinggi yang tidak memenuhi syarat," kata Hillary pada acara kampanye di New Hampshire, Selasa (25/10).

Dalam cuitan di Twitter pada Minggu, Trump, capres AS dari Partai Republik untuk pilpres 8 November, mengatakan "serangan di Mosul telah berubah menjadi sebuah bencana total. Kita memberikan mereka pemberitahuan selama berbulan-bulan. AS tampak begitu bodoh".

Pasukan Irak dan Kurdi, yang didukung oleh Amerika Serikat, telah melakukan serangan besar di daerah sekitar kota Mosul, yang merupakan benteng terakhir pasukan IS di Irak.

Sejak serangan itu diluncurkan pada 16 Oktober, pasukan Irak dan Kurdi telah merebut kembali sekitar 80 desa dan kota-kota yang dikuasai IS, namun belum berpindah ke kota Mosul.

"Jadi sekarang kita terjebak di Mosul. Musuh jauh lebih tangguh daripada yang kita pikir. Mereka punya banyak waktu untuk bersiap-siap. Ini mengerikan, situasi mengerikan ini yang terjadi. Mengapa kita harus memberitahu mereka bahwa kita akan masuk (ke Mosul)?," kata Trump.

Serangan itu bisa berlangsung selama berminggu-minggu, atau bahkan berbulan-bulan. Kelompok IS pada Senin melakukan serangan balik di seluruh negeri terhadap tentara Irak dan pasukan Kurdi, mencoba mengalihkan perhatian dari Mosul.

Trump pekan lalu selama debat akhir presiden AS 2016 menuduh bahwa serangan terhadap Mosul yang didukung AS dilakukan untuk membantu Hillary Clinton dalam upayanya menuju Gedung Putih.

Dalam waktu lebih dari dua pekan menjelang pemilu AS, Hillary Clinton, menteri luar negeri pada masa pemerintahan pertama Presiden Barack Obama, mengungguli Trump dalam jajak pendapat nasional. Kedua kandidat telah berfokus pada sekelompok kecil negara bagian yang merupakan negara bagian mengambang (swing states), yang menjadi penentu dalam kontes pemilihan presiden AS.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement