REPUBLIKA.CO.ID, MOSUL -- ISIS terus melakukan tindakan ofensif melawan warga sipil Mosul, Irak, Selasa (25/10). Mereka menculik dan membunuh puluhan orang dalam upaya mempertahankan wilayah.
Mereka menebar kekhawatiran pada pasukan oposisi untuk menerobos masuk daerah kekuasaannya. ISIS mengirim pesan bahwa tidak akan mudah berperang di antara warga sipil.
PBB, pasukan Kurdi dan Irak memiliki bukti kekejaman terbaru yang dilakukan ISIS. Mereka menuduh kelompok teror itu melakukan dan mempublikasikan pembantaian, genosida terhadap agama minoritas, memperbudak sipil, menyiksa dan melakukan tindak pelecehan terhadap anak-anak.
ISIS juga menargetkan pasukan keamanan yang ada di Mosul. Pejabat partai Patriotic Union of Kurdistan, Ibrahim Ghazi mengatakan ISIS menculik sejumlah polisi ke Mosul.
"Daesh membawa 90 mantan polisi ke Mosul dan tidak ada yang tahu bagaimana nasib mereka sekarang," kata Ghazi seperti dikutip the Guardian, kemarin. Juru bicara HAM PBB, Rupert Colville meporkan pembunuhan terhadap 50 mantan polisi di sebuah bangunan di luar Mosul pada Ahad.
Baca juga, Irak Umumkan Serangan Rebut Kembali Mosul.
Mereka tidak memberikan informasi lain. PBB juga menemukan 70 jasad warga sipil pada Kamis lalu di sebuah rumah di desa Tuloul Naser. Sebanyak 15 warga sipil juga dilaporkan dibunuh dan dibuang ke sungai.
"Kami khawatir ini bukan terakhir kali kami menerima laporan aksi barbar seperti itu," kata Conville. Dalam laporan lain, ISIS dilaporkan menembak mati enam perempuan yang menghambat perpindahan ke kota lain.
Pejabat PBB menyakini ISIS menggunakan warga sipil sebagai tameng dari pasukan Irak. Namun mereka juga tidak segan mengeksekusi siapa pun yang menghambat.