REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) mengatakan kebijakan negara terhadap Korea Utara (Korut) untuk menghentikan program nuklir adalah penyebab utama kekalahan mereka. Badan Intelijen AS mengatakan denuklirisasi mungkin tak dapat dicapai.
"Kebijakan AS membujuk Korut menghentikan program senjata nuklir yang mereka lakukan mungkin tak akan dapat dicapai dan menjadi penyebab utama kekalahan kami atas negara itu," ujar direktur intelijen nasional AS James Calpper, dilansir BBC, Rabu (26/10).
Meski demikian, ia mengatakan kebijakan yang diterapkan oleh Negeri Paman Sam tetap tidak akan berubah terhadap Korut. Pernyataan ini menjadi pengakuan langka AS yang sejak lama ingin agar denuklirisasi negara yang terirsolasi itu dapat tercapai.
Korut mengklaim telah membuat kemajuan pesat dalam program nuklir serta roket di negara itu dalam beberapa tahun terakhir. Hal itu terjadi meski sanksi internasional yang diberikan serta sejumlah pertentangan lainnya.
Pada September lalu, negara yang dipimpin oleh Kim Jong Un itu melakukan uji coba nuklir yang disebut terbesar. Kecaman internasional terus berdatangan, disusul dengan rencana penambahan sanksi dari beberapa negara anggota Dewan Keamanan PBB, salah satunya AS.
Clapper menjelaskan Korut terlihat mengerahkan senjata nuklir sebagai bentuk pertahanan negaranya. Dengan demikian, mereka tak akan pernah ingin menghentikan program tersebut karena hal itu menjadi bagian dari 'tiket' kelangsungan negaranya.
"Bagaimanapun, mereka tidak akan menyerah terhadap kemampuan nuklir yang seakan menjadi tiket kelangsungan hidup mereka," jelas Clapper.
Meski demikian, menurutnya Departemen Luar Negeri AS tetap akan memulai perundingan mengenai solusi masalah program nuklir Korut dengan PBB. AS juga akan menyebarkan sistem pertahanan rudal di wilayah Korea Selatan atau dikenal dengan sebutan High Altitude Area Defense (THAAD).
Meski demikian, Cina sebagai sekutu Korut terus menyuarakan pertentangan. AS dan Korsel mengatakan THAAD ditujukan sebagai bentuk pertahanan dari ancaman rudal dan senjata nuklir lainnya.