Kamis 27 Oct 2016 18:38 WIB

Meski Harga Minyak Merosot, Arab Saudi Yakin Keuangannya Masih Kuat

Rep: c62/ Red: Budi Raharjo
Riyadh, Ibu Kota Arab Saudi
Foto: AFP
Riyadh, Ibu Kota Arab Saudi

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Menteri Keuangan Kerajaan Arab Saudi Ibrahim Al-Assaf menegaskan kondisi keuangan Arab Saudi masih kuat. Sehingga Kerajaan tidak perlu mengajukan pinjaman dari pihak manapun.

Seperti diketahui, harga minyak sebagai sumber ekonomi sedang turun yang menyebabkan tekanan pada likuiditas perbankan. ‎"Kami telah mampu mempertahankan posisi yang baik dalam keuangan publik," kata Ibrahim Al-Assaf dalam seminar keuangan, seperti di kutip Saudigazette, Kamis (27/10).

Ibrahim mengatakan meski nilai jual minyak mentah telah jatuh pada level terendah pihaknya tetap mampu menjaga stabilitas cadangan minyak. Dengan demikian, tingkat utang kerajaan masih rendah.

"Bank Kerajaan masih memiliki neraca yang kuat dan tingkat yang relatif tinggi kecukupan modal dan rasio likuiditas, meskipun beberapa tekanan pada likuiditas pada tingkat sistem secara umum, "ujarnya.

‎Selain itu, kata Assaf, dalam menangani masalah penurunan harga minyak, setiap pejabat yang tergabung dalam kabinet Raja Salman terus berkoordinasi untuk menstabilkan masalah keuangan. "Secara berkala kami saling meninjau kebijakan kami berkaitan dengan stabilitas keuangan," katanya.

Seperti diketahui Arab Saudi telah mengambil serangkaian langkah-langkah penghematan, termasuk pemotongan subsidi dan pengurangan gaji pegawai pemerintah. Awal tahun ini, mengumumkan rencana luas untuk diversifikasi ekonomi.

Pada Rabu (26/10), Assaf dan pejabat keuangan kerajaan bertemu dengan kepala Dana Moneter Internasional (IMF) Christine Lagarde. Pada Ahad lalu, Menteri Perminyakan Saudi Khaled Al-Falih mengatakan siklus jatuhnya harga minyak mentah sudah mendekati akhir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement