REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI -- Lebih dari 90 migran diyakini hilang setelah kapal yang mereka tumpangi tenggelam di lepas pantai barat Libya, Rabu (26/10). Salah seorang penjaga pantai, Ayoub Qassem sempat menyelamatkan 29 migran sekitar 26 mil dari lepas pantai timur Tripoli.
Salah seorang korban selamat mengatakan, sebanyak 126 penumpang ada di dalam kapal karet sebelum salah satu sisinya robek dan air mulai masuk. Libya merupakan titik pemberangkatan utama bagi sebagian besar migran Afrika yang ingin menyeberangi Laut Tengah menuju Eropa.
Para penyelundup menyiapkan kapal yang tidak memiliki perlengkapan memadai serta melebihi kapasitas, yang seringkali rusak atau tenggelam. Qassem mengatakan, kapal yang tenggelam pada Rabu itu berangkat pada dinihari dari Garabulli, sekitar 50 km timur Tripoli. "Karena terlalu penuh, salah satu sisi kapal robek dan air masuk ke dalam," katanya dilansir Reuters Kamis (27/10).
Dijelaskan lebih lanjut, sebanyak 97 migran masih hilang atau ada kemungkinan tenggelam. Angka kematian di Laut Tengah meningkat tajam tahun ini, dengan lebih dari 3.740 migran tenggelam dalam perjalanan mereka ke Eropa. Angka tersebut hampir sama dengan jumlah korban tewas sepanjang 2015.
Rute antara Libya dan Italia menjadi titik penyeberangan paling sibuk setelah perjanjian antara Turki dan Uni Eropa pada Maret menutup jalur ke Yunani. Para penyelundup di Libya bertindak tanpa tersentuh hukum, mengambil peluang dari kekosongan pengamanan ditengah kisruh politik menyusul pemberontakan pada 2011 di negara tersebut.
Mereka sering mengirim migran hanya dengan bahan bakar yang cukup untuk mencapai perairan internasional dan dijemput oleh kapal-kapal penyelamat internasional. Pada Selasa sebelumnya, kelompok kemanusiaan Dokter Tanpa Batas menemukan 25 migran tewas dalam genangan air dan bahan bakar di kapal karet di lepas pantai Libya.