Kamis 27 Oct 2016 23:55 WIB

10 Ribu Warga Sipil di Mosul Diminta Segera Mengungsi

Rep: Puti Almas/ Red: Angga Indrawan
Anak-anak melihat iring-iringan kendaraan militer melewati desa Imam Gharbi, sekitar 70KM dari Mosul, Irak, 13 Oktober 2016.
Foto: abc
Anak-anak melihat iring-iringan kendaraan militer melewati desa Imam Gharbi, sekitar 70KM dari Mosul, Irak, 13 Oktober 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSUL -- Sebanyak 10 ribu warga sipil telah diminta untuk meninggalkan Mosul dan wilayah-wilayah di sekitarnya. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan hal ini diperlukan karena khawatir Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) akan meluncurkan serangan dengan senjata kimia dalam waktu dekat.

Pertempuran ofensi dilakukan oleh pasukan pemerintah Irak bersama dengan Peshmerga Kurdi, dan koalisi pimpinan Amerika Serikat (AS) untuk merebut kembali salah satu kota terbesar di Irak dari kelompok militan tersebut. ISIS diyakini memiliki senjata kimia yang disebar di wilayah basis mereka.

Koalisi AS mengatakan telah menargetkan tempat-tempat yang dicurigai sebagai tempat produksi gas mustard. Sementara, pasukan Irak juga menyiapkan maskre gas khusus untuk mencegah bahaya dari serangan kimia gas tersebut sejak operasi merebut Mosul dilakukan pekan lalu.

WHO yang meminta warga sipil segera pergi dari rumah mereka mengatakan telah mempersiapkan 90 anggota tim medis yang dilatih secara spesifik. Mereka dikatakan dapat memberi perawatan kesehatan bagi korban yang terkena serangan kimia.

"Sekitar 10 ribu warga dilaporkan telah meninggalkan rumah mereka. Kami juga meminta warga lainnya yang diperkirakan mencapai 700 ribu orang untuk segera meninggalkan Mosul untuk menghindari pertempuran berbahaya ini," ujar pernyataan WHO dan Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM), dilansir The Independent, Kamis (27/10).

Pada September lalu, ISIS dialporkan menembakkan sejumlah granat dan peluru yang diyakini mengandung gas mustard. Dengan gas kimia itu, mata, kulit, serta saluran pernapasan manusia dan mahluk hidup lainnya akan terkena dampak berbahaya, hingga menyebabkan kematian.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement