Ahad 30 Oct 2016 06:11 WIB

Ini Syarat India Beli 200 Jet Tempur Asing

Pesawat tempur buatan Lockheed Martin berupa F-35 Joint Strike Fighters.
Foto: Lockheed Martin
Pesawat tempur buatan Lockheed Martin berupa F-35 Joint Strike Fighters.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- India mengusulkan pembelian ratusan pesawat tempur dari pihak asing jika jet tersebut dibuat di India dengan mitra setempat, kata pejabat Angkatan Udara.

Kesepakatan pembuatan 200 pesawat bermesin tunggal di India, yang dikatakan Angkatan Udara bisa meningkat hingga 300 jet setelah pihaknya menghapus pesawat tua masa Uni Soviet, dengan nilai dapat mencapai 13 hingga 15 miliar dolar AS. Pengamat menilai kemungkinan India menjadi salah satu negara terbesar melakukan kesepakatan pembelian pesawat tempur.

Setelah kesepakatan pembelian sejumlah pesawat canggih Rafale dari Dassault di Prancis menurun hingga hanya 36 jet pada bulan lalu, Angkatan Udara India berupaya sungguh-sungguh mempercepat akuisisi dan menghindari penurunan kekuatan operasional, yang saat ini kurang dari sepertiga kebutuhan untuk menghadapi Cina dan Pakistan.

Namun, pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi ingin menambah sejumlah pesawat militer agar dibangun di India bersama mitra lokalnya untuk memulai industri pesawat terbang domestik dan mengakhiri ketergantungan terhadap impor pesawat mahal.

Perusahaan kedirgantaraan global Lockheed Martin menyatakan tertarik menyiapkan alur produksi pesawat F-16 di India tidak hanya untuk militer India, melainkan juga untuk ekspor. Saab, produsen pertahanan asal Swedia, menawarkan pesawat Gripen sebagai rival untuk mempersiapkan persaingan dini dalam kesepakatan dengan salah satu negara terbesar militernya itu.

"Kekurangannya sebanyak 200 unit. Kami akan lihat jumlah minimumnya," kata pejabat Angkatan Udara menerangkan tentang pesawat yang diproduksi di India saat produsen asing bermitra dengan perusahaan lokal dalam transfer teknologi pesawat terbang.

Kementerian Pertahanan India menulis permintaan kepada beberapa perusahaan jika mereka hendak mempersiapkan alur perancangan sejumlah pesawat tempur bermesin tunggal di India dan nilai transfer teknologi yang akan dilakukan, demikian kata sumber lain dari pemerintahan.

"Kami mencoba mendekati, menguji keinginan perusahaan asing untuk memindahkan produksinya di sini dan untuk mengetahui ekspektasi mereka," kata seorang pejabat.

Pada awalnya, Angkatan Udara India berencana memesan 126 unit pesawat tempur bermesin ganda Rafale dari Dassault, namun kedua belah pihak tidak sepakat dengan istilah produksi lokal bersama perusahaan milik pemerintah India dan akhirnya disepakati 36 unit tergantung kondisi.

Bertambahnya persoalan militer menjadikan India selama tiga dasawarsa berupaya memproduksi satu pesawat tempur bermesin tunggal yang berarti menjadi tulang punggung Angkatan Udara. Hanya dua dari pesawat tempur ringan (LCA) yang disebut dengan Tejas telah dikirim kepada Angkatan Udara dari 140 unit yang dipesan.

Saab menyatakan telah siap tidak hanya memproduksi pesawat tempur Gripen di India, melainkan juga membantu mendirikan basis industri kedirgantaraan lokal. "Kami sangat berpengalaman dalam transfer teknologi - kebijakan kami bekerja melalui kerja sama yang luas dengan mitra kami dalam membangun kelengkapan ekosistem, tidak hanya alur perancangan," kata Jan Widerstram selaku Chairman dan Managing Director of Saab India Technologies.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement