REPUBLIKA.CO.ID, TAIZ -- Setidaknya 17 orang tewas dalam serangan udara koalisi Arab Saudi di barat daya Provinsi Taiz, Yaman. Serangan tersebut menghancurkan permukiman, banyak rumah dan kantor pemerintah setempat.
Target serangan tersebut hanya sebuah rumah di distrik al-Salw. Al-Salw adalah wilayah oposisi Houthi di Taiz. Pemerintah sah Yaman dibantu koalisi berusaha merebut wilayah tersebut. Taiz menjadi kota terbesar nomor tiga di Yaman dengan populasi 300 ribu orang.
Arab Saudi sudah bertempur di Yaman sejak Maret 2015. Bersama Amerika Serikat dan Inggris, pasukan Arab Saudi ikut bertanggung jawab atas perang saudara yang telah menewaskan sekitar 10 ribu jiwa. Menurut UNICEF, lebih dari 1,5 juta anak-anak Yaman hidup sengsara dan kekurangan gizi.
Baca: 1,5 Miliar Muslim Tersinggung karena Makkah Jadi Target Rudal
Presiden Yaman Abd-Rabbu Mansour Hadi menolak proposal perdamaian PBB untuk mengakhiri perang saudara ini. Hadi mengatakan kesepakatan tersebut hanya akan membuat untuk perang lebih parah dan menghancurkan. Hadi yang masih dalam pengasingan mengirim utusan dalam pertemuannya dengan PBB.
"Kesepakatan itu akan menjadi hadiah untuk pemberontak dan hukuman bagi rakyat dan legilasi Yaman," kata Ismail Ould Cheickh Ahmed utusan Hadi di dalam pertemuan tersebut di Riyadh, Arab Saudi.
Kesepakatan tersebut berisi penghilangan kekuasan Hadi, Wakil Presiden Ali Mushin al Ahmar Ahmar dan membentuk pemerintah yang tidak memecah belah.