REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Ahli seismologi Italia dari National Institute for Geophysics and Vulcanology, Gianluca Valensise, mengungkapkan gempa bumi yang menerjang Italia dalam dua bulan terakhir timbul akibat adanya efek domino. Satu gempa besar berkekuatan 6,2 skala richter (SR) pada 24 Agustus lalu telah memicu terjadinya gempa-gempa susulan selanjutnya.
Gempa besar itu dilaporkan telah menewaskan 297 orang. Lempeng Apennine pusat yang terganggu akibat gempa tersebut menyebabkan ribuan tremor kecil, termasuk gempa berkekuatan 6,1 SR pada Rabu (26/10) dan gempa berkekuatan 6,6 SR pada Ahad (30/10).
Gempa terbaru di Italia tidak menimbulkan korban jiwa. Akan tetapi gempa itu diketahui merupakan gempa terkuat yang menghantam Italia, sebagai salah satu negara dengan aktivitas seismik paling aktif di dunia sejak 1980.
Valensise mengatakan ada keterkaitan geodinamika antara gempa mematikan pada Agustus lalu dengan gempa-gempa susulan lainnya. Pegunungan Apeninne yang terbentang dari daerah Liguria ke Sisilia didominasi oleh lempeng kerak bumi, masing-masing sepanjang 10-20 Km.
"Gempa berkekuatan enam SR atau lebih besar dari itu, dapat menciptakan tekanan yang didistribusikan ke seluruh lempeng yang berdekatan. Ini mungkin apa yang telah kita lihat sejak Agustus," kata Valensise.
Valensise menambahkan, Italia telah mengalami hal yang menyerupai efek domino gempa bumi saat ini di Calabria, kaki selatan Italia pada 1783. Saat itu ada lima gempa besar berkekuatan lebih dari 6,5 SR dalam waktu kurang dari dua bulan.
"Urutannya mirip dengan apa yang kita lihat sekarang tapi itu dalam skala yang lebih besar," kata Valensise.
Ia memprediksik di Italia masih akan terjadi beberapa gempa susulan dalam beberapa pekan. Namun ia tidak bisa memastikan apakah akan ada gempa yang lebih besar.