Selasa 01 Nov 2016 07:14 WIB

Trump Yakin Rahasia Email Clinton akan Terungkap

Calon presiden AS Hillary Clinton dan Donald Trump usai melakukan debat ketiga dan terakhir di Las Vegas, rabu, 19 Oktober 2016.
Foto: AP Photo/John Locher
Calon presiden AS Hillary Clinton dan Donald Trump usai melakukan debat ketiga dan terakhir di Las Vegas, rabu, 19 Oktober 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Calon presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Republik Donald Trump meyakini FBI telah menemukan email rahasia yang dihapus oleh saingannya Hillary Clinton. Ia yakin sebanyak 33 ribu pesan elektronik dalam server pribadi kandidat dari Partai Demokrat itu akan terungkap.

Pada Maret 2015 lalu, Clinton diduga melanggar aturan federal karena mengoperasikan server email pribadi saat menjabat sebagai Menteri Luar Negeri AS. Ia menduduki jabatan itu pada 2009 hingga 2013.  Dari keterangan pengacara Clinton, kliennya sangat ceroboh dalam menangani informasi rahasia. Namun, email yang berhubungan dengan pekerjaan seluruhnya telah diperiksa dan ada 30 ribu yang terkait.

Selain itu, seluruhnya adalah pesan pribadi yang tak berkaitan dengan pekerjaan Clinton. Namun, dalam penyelidikan terbaru, terungkap adanya pesan dari Anthony Weiner, seorang mantan anggota kongres yang menikah dengan asisten Clinton, Huma Abedin.

FBI melaporkan telah mendapat surat perintah untuk mencari email milik Abedin. Email itu kebanyakan tersimpan dalam laptop milik suaminya.

"Itu adalah email yang dihapus oleh Clinton. FBI pasti bisa menemukannya, terima kasih untuk Huma dan Weiner yang sangat hebat," ujar Trump dalam sebuah reli di Grand Rapids, Michigan, dilansir BBC, Selasa (1/11).

(Baca juga: Trump: Kasus Surel Hanya Sebagian Kecil Prilaku Korup Hillary!)

Sementera itu, Clinton mengatakan tidak ada persoalan yang terkait dengan tindakan FBI memeriksa email asistennya. Ia menilai tidak ada kasus apapun yang disembunyikan olehnya.

"Mereka harus melihat dan saya yakin mereka akan mencaai kesimpulan yang sama seperti ketika melihat email saya dalam setahun terakhir," jelas Clinton.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement