REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Polisi antihuru-hara Prancis, Senin (31/10), membersihkan kamp migran di Calais. Operasi berupa pemeriksaan identitas terhadap sekitar 2.500 migran yang tidur di sekitar kanal dan jembatan rel kereta api dekat stasiun kereta bawah tanah Stalingrad di Paris, dilaksanakan saat meningkatnya tekanan terhadap pemerintah untuk menutup lokasi pengungsian.
Ketegangan meningkat dengan adanya spekulasi aparat akan bergerak mengevakuasi dan menutup kamp itu beberapa hari mendatang, dengan adanya tuntutan dari pihak berwenang Paris. Seorang wartawan Reuters yang berada di lokasi kejadian mengatakan sebuah alat berat dikerahkan untuk membersihkan sebagian kecil kamp itu. Petugas membersihkan sejumlah tenda, matras, selimut dan sejumlah barang bawaan milik para migran.
Para migran berteriak kepada aparat saat alat itu mulai menyingkirkan puing-puing dan sampah. Sebagian besar kamp itu sendiri tetap dibiarkan. Seorang aparat menggunakan semprotan gas air mata kepada seorang migran.
Setelah beberapa jam, aparat memperbolehkan para migran kembali setelah petugas kebersihan melakukan tugasnya.
Dalam sebuah surat yang dikirimkan kepada Menteri Dalam Negeri Bernard Cazeneuve, yang salinannya dilihat oleh wartawan Reuters, Wali Kota Paris Anne Hidalgo meminta kamp itu segera ditutup atas dasar kemanusiaan dan kebersihan.
Para pejabat balai kota mengatakan jumlah mereka yang bermalam di lokasi itu meningkat sekitar sepertiganya sejak evakuasi pekan lalu di sebuah kamp pengungsi "Hutan" di Calais, dimana lebih dari 6.000 orang tinggal, sebagian besar di antaranya berharap untuk dapat mencapai Inggris.
Kamp Calais menjadi simbol usaha Eropa untuk menangani jumlah migran yang sangat banyak, yang melarikan diri dari konflik-konflik yang ada di beberapa negara mulai dari Afghanistan hingga Sudan. Presiden Francois Hollande, dalam sebuah wawancara dengan surat kabar La Voix De Nord, berjanji kepada penduduk Calais para migran tidak akan kembali.
"Saya memastikan kepada mereka wilayah itu tidak akan dihuni kembali. Telah dievakuasi, itu akan diamankan. Tidak ada seorang pun yang akan kembali," ujarnya.
Hollande mengulang tuntutannya kepada Inggris untuk mengemban tanggung jawabnya terhadap sekitar 1.500 orang anak di bawah umur yang tinggal di sejumlah kontainer yang dimodifikasi di Calais sejak pembersihan dilakukan. Inggris diwajibkan di bawah ketentuan Uni Eropa untuk menerima mereka yang masih di bawah umur dengan ikatan keluarga yang telah diverifikasi.
Hollande mengatakan mereka akan dibawa ke sejumlah lokasi tertentu dimana petugas dari Inggris akan memeriksa permintaan mereka untuk memasuki Inggris. Dia mengatakan para anak di bawah umur yang tidak menuju Inggris akan ditampung oleh Prancis.