REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat menghentikan penjualan senjata ke Filipina. Mereka menahan penjualan 26 ribu senapan mesin yang akan dijual ke Filipina, Senin, (31/10).
Amerika tak mau menjual senjatanya ke Filipina karena mereka menilai Filipina melanggar HAM dengan melaksanakan perang terhadap narkoba. Padahal Amerika sendiri pernah meluncurkan perang terhadap teroris yang membunuh jutaan umat manusia di Afganistan dan Irak.
Bahkan seperti dilansir Mintpress News, perang terhadap terorisme yang diluncurkan Amerika membunuh lebih dari 4 juta muslim. Sementara perang terhadap narkoba yang diluncurkan Filipina membunuh 2.446 orang. Jumlah ini jauh lebih sedikit daripada jumlah korban perang terhadap terorisme.
Presiden Filipina Rodrigo Duterte sangat marah terhadap Amerika yang terus mengecam kebijakannya perang terhadap narkoba. "Saya tak peduli kalau Amerika tak mau menjual senjatanya kepada Filipina, masih ada Cina dan Rusia yang mau memasok senjata kepada kami," katanya.
Menurut sejumlah pejabat di Washington, sebenarnya Amerika berusaha tak mempedulikan berbagai komentar negatif Duterte kepada Amerika. Mereka tak ingin terjadi pertengkaran yang lebih parah antara kedua negara yang masih bersekutu tersebut.
Baca juga, Duterte Menyesal Hina Obama.
Menyerang Filipina dengan komentar-komentar negatif saat ini cukup berbahaya. Apalagi pengaruh Cina di Filipina semakin menguat. Amerika khawatir akan kehilangan sekutunya tersebut.
Amerika sebenarnya kesal dengan berbagai macam perkataan negatif Duterte yang ditujukan ke Amerika. Ini berakibat Amerika menahan penjualan senjatanya ke Filipina.