Selasa 01 Nov 2016 19:18 WIB

Rayakan Hari Raja Cyrus, Warga Iran Ditahan

Iran (ilustrasi)
Foto: EPA/Abedin Taherkenareh
Iran (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Republik Islam Iran menangkap beberapa penyelenggara parade pekan lalu yang digelar di dekat makam raja Persia Cyrus Agung dan menarik ribuan orang untuk merayakan kejayaan pra-Islam negara tersebut.

Kerumunan yang sebagian besar merupakan warga muda Iran itu menghadiri parade di dekat kota kuno Pasargadae di tengah provinsi Fars pada Jumat (28/10) untuk merayakan hari yang secara tidak resmi ditandai dalam kalender Iran sebagai hari Cyrus.

Video yang dirilis di media sosial, menunjukkan mereka meneriakkan "Iran adalah negara kami, Cyrus adalah ayah kami." Namun verifikasi keaslian video masih belum bisa dilakukan hingga saat ini.

"Para pemimpin utama dan penyelenggara pertemuan ini yang meneriakkan slogan-slogan yang inkonvensional terhadap nilai-nilai (Republik Islam) telah ditangkap," kata jaksa Ali Salehi di ibu kota provinsi Fars, Shiraz, Senin (31/10), dikutip kantor berita Fars.

Ulama senior, Ayatollah Nouri Hamedani, mengecam pertemuan itu dan para pesertanya pada Ahad (30/10). "Orang-orang ini menentang revolusi. Aku bertanya-tanya bagaimana mereka dapat berkumpul di sekitar makam Cyrus dan melantunkan slogan (tentang Cyrus), sama seperti yang kami lantunkan tentang pemimpin tertinggi kami," kata Hamedani. Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khameni memiliki kekuasaan agama dan politik tertinggi di negara tersebut.

Kejaksaan Iran pada Senin waktu setempat, mengatakan bahwa penyelenggara parade telah berada di bawah pengawasan intelijen dan pasukan keamanan untuk waktu yang lama dan akan menghadapi tuntutan hukum. Namun tidak ada indikasi berapa banyak penyelenggara telah ditangkap.

Ulama-ulama di Iran sangat tidak menyetujui gerakan nasionalis berlandaskan kemuliaan pra-Islam, terutama karena mantan Shah, yang berkuasa sampai Revolusi Islam 1979, mengaitkan pemerintahannya dengan

Cyrus Agung yang merupakan pendiri Kekaisaran Persia kuno, dan merayakan monarki berusia 2.500 tahun itu.

Pemerintah teokratis Iran lebih condong untuk merayakan peristiwa terkait dengan sejarah dan warisan Islam di negara tersebut. Islam tiba di Iran pada tahun 651 saat tentara Arab menggulingkan Kekaisaran Sasaniyah yang sebagian besar warganya menganut Zoroaster.

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement