REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Presiden Prancis Francois Hollande mengatakan tidak satu pun yang diizinkan kembali ke kamp Calais. Tempat penampungan yang menjadi rumah bagi ribuan pengungsi itu telah dihancurkan pada Senin (31/10).
Menurut Hollande, operasi pembersihan kamp yang dikenal dengan sebutan 'hutan' itu secara keseluruhan berhasil. Sekitar 7.000 migran yang berada di sana dilaporkan telah berada di pusat-pusat orientasi yang tersebar di Prancis untuk kemudian mengajukan suaka.
Sementara, 1.500 anak-anak tanpa pendamping saat ini masih ditempat di pusat penampungan sementara. Nantinya, mereka dibawa ke pusat penerimaan di Inggris, yang juga melakukan penyelidikan secara individual.
Sebanyak 300 perempuan dan anak-anak dari kamp Calais juga telah dipindahkan dan meninggalkan wilayah itu pada Rabu (2/11) pagi ini. Dengan demikian, hutan yang menjadi tempat para migran bermukim tersebut sepenuhnya kosong.
"Kamp Calais saat ini sudah dibersihkan secara keseluruhan dan akan dberi penjagaan ketat sehingga tidak ada yang dapat kembali tinggal di sana," ujar Hollande, dilansir BBC, Rabu (2/11).
Meski demikian, dalam beberapa laporan menyebutkan migran yang masih berusia remaja sempat meninggalkan pusat orientasi di Prancis Barat. Mereka diyakini hendak kembali ke Calais.
Calais selama ini menjadi kamp bagi migran dari banyak negara, mulai dari Timur Tengah dan Afrika. Mereka mayoritas adalah orang-orang yang menjadi korban perang dan kemiskinan, Tujuan utama mereka adalah mencapai Inggris dengan menyebrangi selat di dekat kota tersebut.