REPUBLIKA.CO.ID, MEXICO CITY -- Rakyat Meksiko terancam resiko terserang depresi dan gangguan jantung akibat jam kerja yang terlalu lama. Hal itu diungkapkan Koordinator Kesehatan Universitas Otonomi Nasional Meksiko (UNAM) Rodolfo Nava.
Jika seseorang bekerja 11 jam per hari, "mereka dua kali lebih mungkin untuk terserang depresi. Jika mereka bekerja 55 jam per pekan, resiko mereka terserang serangan jantung adalah 33 persen lebih besar," tulis akademikus tersebut di dalam satu siaran pers pada Senin (31/10).
Menurut Nava, satu bagian besar masalah itu ialah majikan di Meksiko merancang jadwal kerja dengan sedikit pengawasan dari pihak berwenang. "Mereka menetapkan jam masuk dan ke luar, gaji, tingkat hierarki di perusahaan dan bahkan tanggung jawab kerja setiap orang. Pada saat yang sama, mereka menghentikan setiap upaya untuk membuat peningkatan bagi lingkungan hidup ini," kata Nava.
Terlebih lagi, Meksiko memiliki salah satu "peraturan paling terbelakang ... sampai tahap bahwa itu tidak mengakui penyakit yang timbul dari tekanan di tempat kerja", ia menambahkan.
Menurut OECD, Meksiko adalah anggota tempat orang bekerja dengan jam kerja paling lama per tahun, rata-rata 2.246 jam. Kebanyakan ekonomi maju membatasi pekan kerja jadi 40 jam atau kurang, tapi Meksiko telah menetapkannya pada 48 jam, tanpa memperhitungkan waktu lembur, kata Nava, sebagaimana diberitakan Xinhua, Rabu (2/11).
Ia menambahkan itu dapat menimbulkan masalah fisik, psikologif dan kegiatan sosial, sebab bekerja berlebihan secara negatif mempengaruhi hubungan keluarga dan antarpribadi. "Paradoks tersebut ialah negara kami terus-menerus mencatat tingkat produktivitas paling rendah di OECD, sedangkan Jerman memiliki yang paling tinggi," tulis akademikus itu.
"Kapan saja kami berusaha mengangkat masalah ini, ada penentangan dari perusahaan. Misalnya, satu daftar baru penyakit tempat kerja dijelaskan secara terperincia lima tahun lalu, tapi tak pernah menyaksikan cahaya untuk menekan pemilik usaha," ia menambahkan.