Kamis 03 Nov 2016 20:50 WIB

Trump dan Clinton tak Populer di Dunia Arab

Patung yang menggambarkan calon presiden Donald Trump (kiri), dan Hillary Clinton akan ditampilkan di sebuah toko terkenal, di Naples, Italia, Selasa (18/10).
Foto: AP
Patung yang menggambarkan calon presiden Donald Trump (kiri), dan Hillary Clinton akan ditampilkan di sebuah toko terkenal, di Naples, Italia, Selasa (18/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH -- Hampir separuh penduduk Timur Tengah dan Afrika Utara akan abstain bila diberi hak ikut dalam pemilihan presiden Amerika Serikat pada pekan depan, menurut hasil jajak pendapat yang diungkap Kamis (3/11).

Namun, kandidat Partai Demokrat Hillary Clinton jauh lebih unggul dari pesaingnya dari Partai Republik Donald Trump sebagai kandidat yang lebih diinginkan memimpin Amerika Serikat yang berperan penting di dunia Arab.

Menurut survei yang dilakukan harian Arab News dan pengumpul pendapat asal Inggris YouGov, dari jajak pendapat pada 3.017 orang di 18 negara, 47 persen tidak akan memilih Clinton atau Trump bila diberi kesempatan untuk memilih. Di antara mereka yang akan memilih, 44 persen mengatakan bahwa mereka akan memilih Clinton, dan hanya sembilan persen akan memilih Trump menurut survei daring yang dilakukan 14-21 Oktober.

"Ada sedikit antusiasme bagi setiap kandidat, namun 78 persen percaya Clinton akan lebih baik untuk dunia Arab bila terpilih sebagai presiden dibandingkan 22 persen untuk Trump," kata kepala YouGov Stephan Shakespeare.

Mengenai konflik di Suriah, 46 persen responden ingin Washington memberikan dukungan di darat dalam perang melawan kelompok ISIS, sementara mayoritas 54 persen menentang tindakan semacam itu. Sementara 44 persen mengatakan presiden Amerika Serikat mendatang seharusnya membatalkan kesepakatan nuklir dengan Iran.

Namun ketika ditanya tentang keamanan perbatasan di negara mereka sendiri dan aborsi, kebanyakan punya pandangan yang sama kerasnya dengan Trump.

Sebanyak 90 persen menyatakan mereka tidak keberatan ada pembatasan ekstra di perbatasan jika mereka merasa keamanan negara terancam. Sementara 89 persen mengatakan aborsi tidak pernah bisa diterima, kecuali dalam kasus khusus seperti pemerkosaan dan hal-hal yang mengancam jiwa, demikian Antara News.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement