Kamis 03 Nov 2016 20:57 WIB

Dua Pemuda Ditangkap di Sydney Terkait Terorisme

Mehmet Biber ditahan berkenaan dengan tuduhan bergabung dengan kekuatan asing untuk berperang.
Foto: abc
Mehmet Biber ditahan berkenaan dengan tuduhan bergabung dengan kekuatan asing untuk berperang.

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Polisi Australia telah menahan dua orang pemuda masing-masing berusia 17 dan 24 tahun di Sydney, Kamis (3/11) dengan tuduhan melanggar undang-undang petempur asing yang melarang warga terlibat dalam konflik di negara lain.

Polisi antiterorisme mengukuhkan mereka melakukan sejumlah penggerebekan Kamis pagi sebagai bagian dari penyelidikan mengenai adanya warga Australia yang bergabung dengan kekuatan asing. Seorang pria bernama Mehmet Biber (24 tahun) ditahan di Birrong dengan tuduhan dia melakukan perjalanan ke Suriah Juli 2013.

Biber bepergian ke Suriah di 2016 dengan kelompok yang berafiliasi ke Alqaidah bernama al-Nusa, kata Neil Gaughan, manajer nasional divisi anti teror Kepolisian Federal Australia (AFP). Dia mengatakan Biber juga berusaha melakukan perjalanan ke Timur Tengah untuk bergabung dengan ISIS bulan Januari 2015.

"Tentu saja, kami bergerak secepat mungkin dalam hubungan dengan masalah ini, karena ancaman yang mereka sebarkan, dan juga dengan ideologi yang mereka miliki, dan itulah yang akan kami sampaikan ke pengadilan." katanya.

"Ini adalah penyelidikan yang sudah lama dan sulit dilakukan," katanya. "Mengumpulkan bukti dari Suriah sangat sulit dilakukan."

Raids by AFP after two men were arrested for allegedly breaching foreign fighter laws.
Polisi mendatangi sebuah rumah di kawasan Merrylands berkenaan dengan tindak kontra terorisme. ABC News: Jackson Vernon

Wakil Kepala Kepolisian negara bagian New South Wales (NSW) Deputy Commissioner Catherine Burn mengatakan kepada media polisi telah melakukan pencarian di beberapa properti di Sydney di kawasan Bass Hill, Merrylands, Swansea Park dan Miller guna mencari senjata, namun belum diketahui hasilnya.

"Keamanan masyarakat adalah prioritas kami, jadi meskipun diperlukan waktu dua atau tiga tahun untuk mengajukan seseorang ke pengadilan, keamanan masyarakat adalah prioritas pertama kami, berkenaan dengan penyelidikan ini," kata Burn.

"Ada seorang remaja yang tampaknya terlibat dan kami akan menuntut remaja tersebut ingin bergabung dengan kegiatan di luar negeri, dan ini menjadi keprihatinan kami," ujarnya.

"Ini bukan masalah penegakan hukum saja. Kami tidak bisa melakukan ini sendirian," jelasnya. "Kami harus bekerja sama dengan semua pihak, sehingga kita bisa menghilangkan apa yang kita lihat sekarang di kalangan anak muda kita."

Perubahan UU Antiterorisme

Perdana Menteri Malcolm Turnbull mengatakan penahanan ini menunjukkan ancaman yang dihadapi Australia saat ini. Berbicara kepada media di Sydney, PM Turnbull menggarisbawahi perlunya memperbaiki peraturan mengenai kontra terorisme.

"Kita harus terus memperbaiki dan memodernkan taktik kita, aturan kita untuk menangkal ancaman yang terus berubah ini. Kita tidak boleh meremehkan musuh kita, mereka liat, mereka tahu teknologi, dan kita harus bergerak secepat mereka," katanya.

PM Turnbull mengatakan pemerintah akan mengubah hukum mengenai penahanan setelah seseorang menyelesaikan masa hukuman. "Kami berharap peraturan vital ini akan disetujui parlemen tahun ini." katanya.

Dia mengatakan radikalisasi juga akan tetap menjadi prioritas.

"Yang memprihatikan adalah kita melihat semakin banyak anak-anak muda yang sebelumnya tidak masuk dalam pantauan badan kontra terorisme di tingkat negara bagian dan federal, tiba-tiba bisa menjadi radikal dan kemudian berusaha melakukan tindakan teror. Ini adalah prioritas penting pemerintah," jelasnya.

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/berita/penangkapan-di-sydney-berkenaan-dengan-terorisme/7992658
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement