Sabtu 05 Nov 2016 09:49 WIB

Clinton Solidkan Suara Partai Demokrat

Rep: Puti Almas/ Red: Teguh Firmansyah
Calon presiden AS Hillary Clinton dan Donald Trump usai melakukan debat ketiga dan terakhir di Las Vegas, rabu, 19 Oktober 2016.
Foto: AP Photo/John Locher
Calon presiden AS Hillary Clinton dan Donald Trump usai melakukan debat ketiga dan terakhir di Las Vegas, rabu, 19 Oktober 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Calon presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Demokrat Hillary Clinton mengadakan rapat umum di beberapa negara bagian yang selama ini menjadi mayoritas pendukung partai itu. Hal ini dilakukan menyusul jajak pendapat yang menunjukkan saingannya Donald Trump dari Partai Republik memperoleh tambahan suara.

Sebanyak 37 juta suara awal untuk pemilu AS telah diberikan. Tim kampanye Clinton saat ini disebut berkonsentrasi agar pendukung Partai Demokrat tidak memiliki keraguan dan mengikuti pemilihan umum (pemilu) yang digelar 8 November nanti.

Baik Clinton maupun Trump melakukan kampanye di pekan terakhir menjelang pemilu di banyak negara bagian AS. Keduanya saling meluncurkan serangan untuk meyakinkan pendukung mereka.

Seperti Trump yang melakukan kampanye di New Hampshire. Di sana ia mengatakan kepada pendukungnya bahwa Clinton akan membawa AS kepada ancaman terorisme. Hal itu karena saingannya diyakini menetapkan kebijakan yang mengizinkan pengungsi masuk ke negara itu.

"Saya yakin akan ada 550 persen peningkatan pengungsi, khususnya dari Suriah yang datang ke AS dan ini berarti rencananya membuat terorisme, ektremisme, dan radikalisme menyebar dengan mudah," ujar Trump seperti dilansir BBC, Sabtu (5/11).

Baca juga, Obama Serukan Demokrat Bersatu Dukung Hillary Clinton.

Sementara itu, Clinton yang mengikuti kampanye di Pittsburgh, Pennsylvania mengatakan Trump adalah sosok yang tidak layak untuk Gedung Putih. Hal itu karena sikap tempramen yang miliarder itu miliki, serta pandangan melecehkan terhadap perempuan dan kamu minoritas.

"Anda semua tahu bahwa Trump tidak layak karena bagaimana tempramen yang ia miliki serta komentar pandangannya yang meremehkan terhadap perempuan dan kaum minoritas," jelas Clinton.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement