REPUBLIKA.CO.ID, ALEPPO -- Pemerintah Suriah didukung Rusia mengakhiri gencatan senjata yang diberlakukan selama 10 jam di wilayah timur Aleppo, Jumat (4/11). Sebelumnya, hal itu dilakukan untuk membuka kesempatan bagi oposisi untuk menyerah.
Menurut keterangan seorang aktivis, tidak satupun orang yang meninggalkan wilayah tersebut. Pasukan Pemerintah Suriah dan Rusia saat ini dilaporkan tengah mempersiapkan serangan di sisi timur salah satu kota terbesar negara itu, yang dikuasai oleh oposisi.
Analis juga mengatakan wilayah timur Aleppo merupakan daerah terakhir yang dikuasai oposisi. Dengan meninggalkannya, maka Presiden Suriah Bashar Al Assad dianggap menang dalam konflik lima tahun yang berlangsung di negara itu.
Gencatan senjata yang diberlakukan pasukan pemerintah bersama Rusia juga dikatakan sebagai jeda kemanusiaan. Warga sipil maupun oposisi yang terluka dan kekurangan makanan dapat keluar dengan aman di jalur-jalur khusus yang disediakan.
Dua koridor khusus disediakan untuk oposisi yang diperkenankan membawa senjata mereka. Sementara, enam rute lainnya dibuka untuk warga sipil.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (HAM) mengatakan tidak seorangpun yang meninggalkan wilayah selama jeda kemanusiaan itu berlangsung. Media Pemerintah Suriah menilai oposisi mencegah warga sipil melarikan diri dan menembakkan roket di salah satu jalur evakuasi.
Baca juga, Surat Dokter Aleppo ke Obama yang Menyentuh Hati.
Hingga saat ini, terdapat sekitar 250 ribu orang yang terjebak di timur Aleppo. Pemerintah Suriah dilaporkan telah mengirimkan pesan teks kepada warga di wilayah itu untuk meninggalkan rumah mereka. Oposisi juga diminta untuk pergi dengan jaminan keamanan, kecuali jika mereka menolak.