REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Pemerintah Australia memberi sinyal kuat untuk berbagi pengungsi di Nauru dan Manus dengan Amerika Serikat. Surat kabar Australia edisi Jumat (11/11) melaporkan Perdana Menteri, Malcolm Turnbull, sedang membahas nasib 1.800 pengungsi.
AS dan Australia kemungkinan akan mengumumkan kesepakatan penempatan pengungsi dalam beberapa hari ke depan. Spekulasi ini muncul sejak Australia mengumumkan Presiden Barack Obama bersedia menerima pengungsi dari kamp di Costa Rica.
Sejak saat itu, koalisi pemerintah mengenalkan legislasi untuk menerapkan larangan pencarian suaka selamanya di Australia bagi pengungsi. Menteri industri pertahanan, Christopher Pyne, tidak mengonfirmasi laporan surat kabar itu.
Namun ia mengatakan, jika kesepakatan terjadi, maka ini akan menguntungkan Australia. "Jika benar, ini akan jadi pencapaian luar biasa bagi pemerintahan Turnbull," kata dia pada Channel Nine.
Pyne juga mengatakan masih panjang waktu untuk sampai pada pelantikan presiden AS terpilih. Donald Trump akan dilantik pada 20 Januari. Selama ini Trump sendiri menolak memasukkan pengungsi ke AS.
Koalisi pemerintah Australia menolak berkomentar atau berspekulasi soal isu tersebut. Turnbull pun tidak menanggapi isu ini. "Akan selalu ada spekulasi soal ini, kami tak akan mengomentarinya," kata dia.