Sabtu 12 Nov 2016 16:02 WIB

Peniti Jadi Simbol Solidaritas Anti-Trump

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Angga Indrawan
Pengunjuk rasa memegang poster besar dalam aksi 'Love Rally' menentang terpilihnya Donald Trump sebagai presiden. Massa beraksi di Washington Square Park menuju Union Square di New York, (11/111).
Foto: AP
Pengunjuk rasa memegang poster besar dalam aksi 'Love Rally' menentang terpilihnya Donald Trump sebagai presiden. Massa beraksi di Washington Square Park menuju Union Square di New York, (11/111).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Aksi massa yang menolak kepemimpinan Donald Trump masih berlangsung di negeri Paman Sam. Sebagian besar dari mereka mengaitkan peniti ke pakaiannya sebagai simbol solidaritas.

Seperti dilansir USA Today, Jumat (11/11), peniti telah menjadi lambang empati yang digunakan warga Eropa terhadap pengungsi dan migran. Hal itu menjadi populer setelah momentum Brexit pada Juni silam.

Kini, warga Amerika Serikat (AS) menirunya. USA Today melaporkan, kebanyakan dari mereka mengaku khawatir dengan masa depan negaranya setelah kemenangan Trump dalam pemilihan umum 2016.

Tidak hanya warga biasa. Sejumlah artis juga menyampaikan simbol yang sama. Patrick Stewart, pemeran dalam film Star Wars, mengunggah foto dirinya yang mengenakan peniti sebagai simbol solidaritas di Twitter.

Laman New York Magazine menemukan, penggagas simbol peniti ini adalah akun Twitter @cheeahs: “Siapapun yang menolak nasionalisme (ala Trump) dan kekerasan rasis yang telah kita saksikan bersama-sama, maka dapat bersatu sebagai ‘sekutu tepercaya’.”

Sewaktu berkampanye, Donald Trump kerap menggaungkan semboyan “Berjayalah Lagi Amerika”. Kampanye ini dinilai meluapkan emosi nativisme yang serupa dengan kampanye Britain Exit (Brexit) silam. Antara lain, menghendaki agar imigran “hengkang” dari Inggris Raya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement