REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Taliban kembali melakukan bom bunuh diri. Kali ini korbannya pangkalan The North Atlantic Treaty Organizatio (NATO) di Bagram, Utara Kabul. Setidaknya empat orang Amerika meninggal dunia dan 17 orang lainnya luka-luka.
Korban tewas adalah dua tentara dan dua orang kontraktor. Sementara itu, 16 pegawai Amerika dan satu orang tentara Polandia terluka. "Bagi mereka yang melakukan serangan ini, pesan saya sederhana. Kami tidak akan goyah dalam misi kami untuk melindungi tanah air kami dan membantu Afghanistan mengamankan masa depannya sendiri," kata Sekretaris Negara Amerika Ash Carter, Sabtu (12/11).
Carter mengatakan, militer akan mengintivigasi apa yang terjadi. Untuk melihat apa yang dapat dilakukan dalam meningkatkan upaya proteksi pangkalan NATO di Afghanistan.
Serangan ini menjadi tantangan tersendiri untuk kebijakan luar negeri yang akan dihadapi oleh Donald Trump Presiden Amerika Serikat yang akan dilantik Januari tahun depan. Presiden Amerika Serikat Barak Obama berharap dapat menarik pasukan Amerika di Afganistan selama masa jabatannya.
Tapi ia terpaksa tetap mempertahankan tentara Amerika di Afghanistan karena Taliban. Saat ini, ada 8400 tentara Amerika yang turut bagian dalam operasi Perdamaian (Resolute Operation). Obama memutuskan untuk memperlambat penarikan pasukan dan meninggalkan keputusan tersebut kepada penggantinya.
Juru bicara Provinsi Parwan, Waheed Sediqqi mengatakan, pengebom berhasil masuk ke dalam area yang sangat dilindungi tersebut, area basis tentara Amerika terbesar di Afghanistan. Pengebom masuk antrian buruh Afghanistan dan meledakkan bom dengan rompi bunuh diri.