Ahad 13 Nov 2016 14:27 WIB

Ini Seruan Ayah Tentara AS yang Tewas di Irak untuk Trump

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Joko Sadewo
Warga memprotes kemenangan Donald Trump yang terpilih sebagai Presiden AS ke-45 di London.
Foto: EPA/Andy Rain
Warga memprotes kemenangan Donald Trump yang terpilih sebagai Presiden AS ke-45 di London.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Ayah dari seorang tentara Amerika Serikat (AS) yang tewas di Irak, Khizr Khan, meminta Donald Trump mengatasi kekhawatiran warga AS yang takut akan keselamatan dirinya setelah ia terpilih menjadi Presiden. Khan mengimbau Trump memperhatikan keselamatan seluruh warga AS, bukan hanya mereka yang telah memilihnya.

Trump harus memenangkan rasa hormat dari semua orang. Sebelumnya, Khan ikut berkampanye untuk kandidat dari Presiden Demokrat Hillary Clinton. Dalam pidatonya di Konvensi Nasional Demokrat, ia meminta hasutan kebencian terhadap Muslim dihentikan.

Putranya dari Angkatan Darat AS Kapten Humayun Khan tewas saat bertugas di Irak pada 2004. "Ini adalah kewajibannya untuk mengatasi masalah dari semua orang Amerika, bukan hanya mereka yang telah memilihnya," kata Khan dalam sebuah wawancara di All In With Chris Hayes pada saluran kabel MSNBC, Sabtu (13/11).

Khan juga mengingatkan Trump tentang gelombang protes di seluruh AS sejak hasil pemilu diumumkan. Menurut dia, Trum belum mendapatkan mayoritas suara rakyat. Sebagian warga takut terhadap pernyataan dan kebijakan Trump. Presiden terpilih dari Partai Republik tersebut hendaknya menyatukan negara dan harus bisa meraih penghormatan dari seluruh rakyatnya.

"Dia mungkin telah memenangkan pemilihan tinggi, tetapi ia harus memenangkan rasa hormat dari semua orang. Dan hormat tidak diberikan oleh permintaan, tetapi diperoleh," kata Khan.

Dalam pidatonya beberapa hari  menjelang pemungutan suara, Khan mempertanyakan beberapa hal kepada Trump, di antaranya, apakah Muslim, Latin, dan Afro akan mendapat tempat di AS? Pasalnya pada Desember tahun lalu, Trump menyerukan larangan Muslim masuk AS. Rencana tersebut menyusul adanya beberapa kelompok teroris yang masuk ke negara barat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement