REPUBLIKA.CO.ID, HO CHI MINH CITY -- Pada 17-18 November mendatang, konferensi internasional perlindungan hewan liar akan berlangsung di Hanoi, Vietnam. Acara ini akan dihadiri sejumlah perwakilan dari 40 negara.
The Economist melaporkan, Sabtu (12/11), kabar kelam masih mewarnai jelang konferensi tersebut. Penjualan bagian-bagian tertentu dari hewan langka diakui menurun dalam beberapa tahun terakhir di Vietnam. Namun, itu tidak mengurangi maraknya operasi demikian, khususnya melalui internet atau penyelundupan.
Asia masih menjadi pasar utama. Konsumen Vietnam, misalnya, kebanyakan menggemari gading gajah, empedu beruang, bagian tubuh harimau, dan khususnya cula badak.
"Melonjaknya permintaan dari Vietnam dianggap sebagai penyebab meningkatnya jumlah badak yang dibunuh di Afrika Selatan. Pada 2007, misalnya, hanya ada 12 badak (yang diburu). Namun, angkanya naik menjadi 1.175 di tahun lalu," demikian data yang dilansir The Economist, Sabtu (12/11).
Di Asia bukan hanya Vietnam. Cina pun masih menggiurkan bagi transaksi bagian-bagian tubuh satwa liar. Banyak cula badak yang dijual di Vietnam sampai di para pembeli asal Negeri Tirai Bambu. Sebagiannya diselundupkan ke Cina melalui jalan darat.
Pemerintah Vietnam berjanji akan lebih tegas lagi. Pada Oktober lalu, otoritas Vietnam mengamankan empat peti kemas berisi penuh gading gajah, tanduk, dan bermacam bagian hewan liar.
Pada 14 November, lembaga sipil Wildlife Justice Commission merilis hasil investigasi atas perdagangan satwa liar yang terjadi di perdesaan sekitar Hanoi. Disebutkan, ada muatan ilegal senilai 50 juta dolar AS. Termasuk di antaranya, sebanyak 579 cula badak.