REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Kerumunan orang yang mendukung hak imigran di Amerika Serikat (AS) melakukan aksi protes atas terpilihnya Donald Trump sebagai presiden ke-45 negara itu, Ahad (13/11). Unjuk rasa telah memasuki hari ke-5, setelah Trump kembali mengatakan rencana deportasi massal dalam sebuah wawancara pascakemenangannya.
Unjuk rasa yang kembali dilakukan, dimulai dari Manhattan. Kebanyakan demonstran memegang tulisan dalam bahasa Inggris dan Spanyol yang mengatakan bahwa Kebencian Tidak Akan Membuat Kita Besar. Mereka kemudian juga meneriakkan bahwa memiliki hak untuk tinggal di Negeri Paman Sam.
Protes lainnya juga dilaporkan dilakukan di San Fransisco, Philadelphia, Chicago, Denver, dan beberapa kota di negara bagian AS lainnya. Menurut salah seorang yang mendukung Trump, saat ini banyak orang yang merasaka kekhawatiran secara berlebihan.
Mantan wali kota New York itu juga mengatakan sebaiknya Presiden AS Barack Obama memberi nasihat pada pengunjuk rasa. Demikian dengan kandidat presiden dari partai Demokrat Hillary Clinton agar melakukan hal serupa.
Sebagian besar aksi protes terpilihnya Trump berlangusng damai. Namun, di beberapa tempat seperti di Portland dan Orgeon terjadi kericuhan dan seorang pria harus ditembak hingga mengalami luka.
Polisi Portland mengatakan pengunjuk rasa tidak mematuhi aturan untuk mengosongkan jalan-jalan di dalam kota, seperti yang ditentukan. Bahkan, mereka kemudian melemparkan botol dan benda-benda di jalan ke arah petugas keamanan.