REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Kemenangan Donald Trump pada pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) menguatkan kedudukan Israel di Timur Tengah. Pasalnya, Israel diberi kesempatan untuk menyusun kembali kebijakan Timur Tengah.
Hal tersebut disampaikan anggota kabinet Israel dan penentang negara Palestina, Naftalli Bennet. Menurut Bennet, saat ini Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sedang berkomunikasi dengan pemerintah AS terkait upaya mewujudkan hal tersebut.
“Perubahan yang terjadi di AS, Eropa dan sejumlah daerah memberi Israel kesempatan untuk mengatur ulang dan memikirkan kembali segala sesuatu,” kata Bennet dikutip Foreign Press Associaton, Selasa (15/11).
Sudah sejak lama, Israel menyerukan dilakukannya pencaplokan sebagian besar Tepi Barat, wilayah yang diinginkan Palestina sebagai negaranya kelak bersama Gaza dan Yerusalem Timur. Israel sendiri sudah menduduki Tepi Barat dan Yerusalem Timur sejak perang Timur Tengah 1967.
Netanyahu meyambut baik terpilihnya Trump sebagai presiden AS terpilih. Sebelumnya, Netanyahu sempat berselisih paham dengan mantan presiden Barrack Obama terkait kebijakan di Timur Tengah. Presiden Obama mengecam kebijakan Israel membangun pemukiman Yahudi di Tepi Barat.