REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) yang baru membuat banyak publik terheran-heran. Hal ini seperti yang diutarakan oleh Imam Islamic Center New York sekaligus Presiden Nusantara Foundation, Ustaz Shamsi Ali. Menurut dia, Trump tidak hanya kontroversial pada sisi kepribadiannya, tapi juga pada pemikiran dan visi kebijakan yang dikampanyekan.
Trump beberapa kali mengalami kebangkrutan bisnis hotelnya, seperti Taj Mahal di Atlantic City. Bahkan saat ini Trump masih menghadapi kasus litigasi penipuan universitas Trump (Trump University). Diperkirakan dalam waktu dekat pengadilan kasus tersebut akan digelar.
Terpilihnya Donald Trump mengalahkan Hillary Clinton dalam pertarungan pemilihan Presiden AS menjadi salah satu peristiwa dunia yang paling heboh, tapi sekaligus paling membingungkan. "Hampir semua perkiraan yang ada selama ini meleset atau salah," kata Shamsi, semalam.
Dia sendiri dalam berbagai kesempatan selalu menyampaikan bahwa secara kalkulasi Trump tidak akan memenangkan pertarungan pencalonan Republik, apalagi memenangkan pemilihan kepresidenan. Namun seringkali juga dia menambahkan bahwa manusia tidak punya hak mendahului takdir Allah SWT. "Oleh karenanya, sikap kami hingga saat ini menyikapi keterpilihan Donald Trump adalah optimis dengan keputusan Allah. Pada akhirnya ketika sesuatu sudah terjadi di depan mata maka senang atau benci itu adalah ketentuan yang harus diterima. Dan menerima takdir adalah bagian dari sikap dasar iman," kata Shamsi.
Pertanyaannya kemudian adalah apa saja yang menjadi alasan kenapa Trump bisa terpilih? Shamsi sendiri pun sulit menjawabnya. Pasalnya, pertama, karena seharusnya bangsa AS adalah bangsa yang rasional.
Jadi, kata dia, harusnya dalam menentukan pilihan tidak semata berdasar emosi, melainkan berdasarkan pertimbangan rasional yang matang. Dan secara rasional, siapapun akan menilai jika Trump tidak layak menjadi Presiden AS. Kedua, karena Trump tersangkut dengan berbagai kasus, termasuk kasus litigasi Universitas Trump, perpajakan, wanita, dan lain-lain.
Ketiga, poling-poling yang ada selama ini selalu mengunggulkan Hillary sebagai calon yang terpilih. Keempat dan terpenting, mayoritas pemimpin partai yang mengusungnya tidak mendukungnya untuk menjadi presiden. Bahkan dua mantan presiden Republik, Bush Senior dan Junior, juga tidak mendukungnya.