Kamis 17 Nov 2016 23:21 WIB

Muhammadiyah Kutuk Tindakan Militer Myanmar Terhadap Muslim Rohingya

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Teguh Firmansyah
Muslim Rohingya menjadi komunita Muslim di Myanmar
Foto: geo.tv
Muslim Rohingya menjadi komunita Muslim di Myanmar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Anwar Abbas mengutuk tindakan militer Myanmar terhadap Muslim Rohingya beberapa hari terakhir. Tindakan tersebut menyebabkan ratusan umat Muslim tewas wilayah barat negara bagian Rakhin.

"Tindakan ini jelas-jelas tidak bisa ditolerir karena melanggar dan menginjak-nginjak HAM dan anti kemanusiaan," ujar Anwar dalam keterangan tertulisnya kepada republika, Kamis (17/11).

Untuk itu, Muhammadiyah mengimbau Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) turun menghentikan tindakan militer Myanmar tersebut. PBB juga diimbau memberikan sanksi kepada pemerintah Myanmar agar tidak terulang lagi.

Disamping itu, lanjut Anwar, negara yang tergabung dalam Organisasi Kerjasama Islam (OKI) untuk bersikap tegas atas hal ini. Anwar menilai jika tidak segera dihentikan dikhawatirkan mengancam ketentraman dunia.

Sebelumnya, gambar citra satelit, Ahad (13/11), menunjukkan ratusan bangunan Muslim Rohingya di barat Myanmar dibakar. Ketegangan wilayah Rakhine, tempat Muslim Rohingya bermukim, meningkat dalam beberapa waktu terakhir menyusul tewasnya sembilan polisi perbatasan bulan lalu.

Baca juga, Citra Satelit: Ratusan Bangunan Muslim Rohingya Dibakar.

Militer mengaja ketat kawasan tersebut dan memburu pelaku penembakan yang ditengarai bagian kelompok radikal asing. Lebih dari 130 orang dikabarkan tewas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement