REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Cina menyatakan ingin membangun hubungan penuh kepercayaan dengan Amerika Serikat (AS), Rabu (16/11). Selama ini, Negeri Tirai Bambu menilai kecurigaan kerap terjadi dalam hubungan dua negara dan menginginkan hal itu hilang untuk selamanya.
Pernyataan itu datang mengacu pada kepemimpinan baru AS di bawah Donald Trump. Diharapkan, di era kepresidenan yang baru di Negeri Paman Sam, hubungan dua negara menjadi lebih baik.
Duta Besar Cina untuk Amerika Serikat (AS) Cui Tiankai mengatakan dua negara telah bekerjasama dalam banyak hal selama ini. Namun, masing-masing dinilai belum saling mengerti dan kerap mencurigai setiap langkah atau tindakan yang dilakukan sebagai sebuah strategi yang menjatuhkan salah satu pihak. "Ada orang yang percaya bahwa segala sesuatu yang dilakukan Cina bertujuan menentang dominasi global AS dan demikian dengan tindakan AS padahal ini adalah pandangan yang salah," ujar Tiankai.
Ia mengatakan dalam empat tahun ke depan, setelah Trump memimpin negara adidaya itu akan ada berbagai masalah dan tantangan yang dihadapi dengan Cina. Namun, Tiankai yakin kedua negara secara keseluruhan dapat meningkatkan hubungan ke arah positif dan bergerak maju demi kestabilan dunia. "Cina dan AS juga harus bersama menanggulangi isu-isu seperti terorisme dan proliferasi senjata pemusnah massal. Tentunya dua negara juga menginginkan stabilitas dunia," jelas Tiankai.
Baik Cina maupun AS disebut akan berusaha lebih besar untuk membangun ekonomi global yang kuat. Demikian dengan menciptakan lingkungan alam yang lebih baik di dunia ini.
Sebelumnya, Presiden Cina Xi Jinping juga telah berbicara kepada Trump untuk meningkatkan kerjasama sebagai dua negara dengan ekonomi global terbesar. Masing-masing pemimpin negara berjanji menciptakan hubungan diplomasi yang berlandaskan rasa saling hormat. Meski demikian, Trump pernah mengungkapkan dalam kampanyenya bahwa ingin menaikkan tarif pajak barang-barang impor dari Cina sebesar 45 persen Hal ini dinilai merugikan Beijing yang tengah menghadapi tantangan perekonomian negara, hingga pada akhir 2017 mendatang.