REPUBLIKA.CO.ID, Muhammadiyah kecewa dengan pemimpun Ketua Liga Nasional untuk Demokrasi Aung San Suu Kyi yang tidak bisa melindungi komunitas Muslim Rohingya di Myanmar. Muhammadiyah juga mengutuk keras tindakan militer Myanmar dalam beberapa waktu terakhir.
"Muhammadiyah menyampaikam kekecewaannya yang dalam kepada Aung San Suu Kyi sebagai pemimpin National League for Democracy dan State Counsellor yang tidak melakukan langkah-langkah nyata untuk melindungi hak hidup orang Islam di negara yang dia pimpin," kata Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiya Anwar Abbas.
Atas peristiwa yang terjadi di Myanmar, Anwar meminta komite nobel perdamaian mencabut nobel yang pernah diterima Aung San Suu Kyi. Sebab yang dilakukan Suu Kyi tidak mendukung terciptanya perdamaian dan persaudaraan antar sesama.
Sebelumnya, gambar citra satelit, Ahad (13/11), menunjukkan ratusan bangunan Muslim Rohingya di barat Myanmar dibakar. Ketegangan wilayah Rakhine, tempat Muslim Rohingya bermukim, meningkat dalam beberapa waktu terakhir menyusul tewasnya sembilan polisi perbatasan bulan lalu.
Militer mengaja ketat kawasan tersebut dan memburu pelaku penembakan yang ditengarai bagian kelompok radikal asing. Lebih dari 130 orang dikabarkan tewas.
Suu Kyi dan Liga Nasional untuk Demokrasi memimpin pemerintahan Myanmar saat ini. Namun di bawah Suu Kyi gejolak di Rakhine serta diskriminasi terhadap MUslim Rohingya terus berlanjut.
(Baca Juga: Citra Satelit: Ratusan Bangunan Muslim Rohingya Dibakar)