Jumat 18 Nov 2016 04:55 WIB

Turki: Kami Melihat Pengungsi Suriah Sebagai Aset, Bukan Beban

Rep: Ahmad Islamy Jamil/ Red: Damanhuri Zuhri
imigran (ilustrasi)
Foto: Sandor Ujvari/MTI via AP
imigran (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Anggota Komite Hubungan Luar Negeri di Parlemen Turki, Talip Kuçukcan mengatakan, ada perbedaan sikap antara Eropa dan negaranya dalam merespons krisis pengungsi Suriah. Menurut dia, negara-negara Eropa cenderung melihat para pengungsi tersebut sebagai beban.

“Turki dengan sepenuh hati memberikan dukungan kepada para pengungsi Suriah. Ada 200 ribu bayi Suriah yang lahir di Turki. Tapi kami justru melihat mereka sebagai aset bagi Turki, bukan sebagai beban. Ini tentunya menjadi salah satu perbedaan antara negara-negara Eropa dan Turki dalam menyikapi nasib para pengungsi,” tutur Kuçukcan, seperti dikutip Anadolu, Kamis (17/11).

Dia mengatakan, berdasarkan laporan global terbaru yang diperoleh Pemerintah Turki, kontribusi kaum imigran bagi pertumbuhan ekonomi di berbagai negara di dunia terbilang sangat positif.

Karena itu, dia meyakini para pengungsi Suriah yang kini mencari perlindungan di Turki juga bakal mampu menyumbangkan kemajuan bagi negaranya.

Uni Eropa dan Turki awal tahun ini telah menandatangani kesepakatan bersama terkait penanganan pengungsi Suriah. Dalam perjanjian tersebut dinyatakan kedua pihak akan berusaha bersama-sama mencegah migrasi para pengungsi melalui jalur Laut Aegea.

Sebagai kompensasinya, Uni Eropa akan memberikan bantuan dana kepada Turki untuk menangani pengungsi yang masuk ke negara itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement