REPUBLIKA.CO.ID, SITTWE -- Kanselir Negara yang juga Menteri Luar Negeri Myanmar Aung San Suu Kyi mengatakan, pemerintahan ia saat ini mengalami banyak masalah. Masalah utama adalah bagaimana menciptakan harmoni dan meningkatkan toleransi di masyarakat.
"Ini bukanlah masalah kami sendiri. Namun ini masalah yang harus diperhatikan oleh komunitas internasional," katanya.
Namun penerima nobel perdamaian ini dinilai tak pernah mau berkomentar mengenai isu militer yang kejam dan represif kepada suku Rohingya. Ia selalu memilih diam jika ditanya hal itu.
Pendiri Fortify Rights di Bangkok, Matthew Smith mengatakan, ia tak punya kata-kata lagi untuk menggambarkan rasa kecewanya yang luar biasa terhadap pemerintah Myanmar di bawah kepemimpinan Suu Kyi. "Ini sangat mengecewakan, saya tak bisa berkata-kata," ujarnya seperti dilansir CNN, Jumat, (18/11).
Pengamat Politik Myanmar dari Universitas Deakin Australia, Anthony Ware mengatakan, ia skeptis dengan kemampuan Pemerintah Myanmar untuk mengendalikan aktivitas militer Myanmar. "Diamnya Suu Kyi merupakan tren sejak lama."
"Kita semua, tak pernah melihat aksi Suu Kyi untuk mengatasi kekerasan terhadap suku Rohingya. Ia selalu saja diam saja."
Baca juga, Muhammadiyah Minta Penghargaan Nobel Perdamaian Suu Kyi Dicabut.