Jumat 18 Nov 2016 22:48 WIB

Nasib Muslim Rohingya yang Terus Tertindas

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Teguh Firmansyah
 Aksi unjuk rasa memprotes penindasan warga Muslim Rohingya yang dilakukan oleh pemerintah Myanmar.
Foto: AP
Aksi unjuk rasa memprotes penindasan warga Muslim Rohingya yang dilakukan oleh pemerintah Myanmar.

REPUBLIKA.CO.ID, SITTWE -- Meskipun saat ini pemerintah Myanmar dipimpin oleh sipil namun kekuatan militer masih sangat mendominasi Myanmar. Represi terhadap etnis Rohingya di Myanmar saat ini sudah mendekati titik puncak dan berbahaya.

Menurut dokumentasi HAM, sejak terjadinya konflik militer dan suku Rohingya di utara Rakhine pada 2012, sebanyak 120 ribu suku Rohingya terusir dari rumahnya. Mereka tak memiliki tempat tinggal lagi karena rumah-rumahnya dihancurkan dan dibakar oleh militer Myanmar.

Ketua Komunitas Rohingya Muslim Kya Hla Aung mengatakan, sekarang sudah empat tahun etnis Rohingya hidup dalam kondisi yang mengerikan dan penuh penderitaan. "Banyak orang dewasa, anak-anak menghabiskan tahun-tahun mereka hanya menganggur," katanya seperti dilansir Guardian, Jumat, (18/11).

Sebenarnya, jelas Aung, etnis Rohingya tak akan melakukan pemberontakan terhadap Pemerintah Myanmar. "Namun mereka ini hidupnya disiksa terus-menerus, saya khawatir mereka tak sanggup lagi menahan beban siksaan ini dan meledak."

Beberapa waktu lalu, Pemerintah Myanmar menyalahkan kelompok ekstremis Aqa Mul Mujahidin yang pemimpinnya Haviz Tohar. Bahkan mereka menyebut, kelompok ekstremis tersebut dilatih oleh Taliban dari Pakistan.

Namun Menteri Luar Negeri Myanmar Aung San Suu Kyi menampik adanya kelompok ekstremis di Myanmar. Ia menyebut informasi itu tak kredibel.

Sementara itu, Duta Besar Pakistan untuk Myanmar Ehsan Ullah Bath mengatakan, ia tak mendapatkan informasi mengenai Aqa Mul Mujahidin. "Kami tak mendapat informasi dari Pemerintah Pakistan mengenai keterkaitan Pakistan dalam kelompok tersebut."

Baca juga,  Muhammadiyah Minta Penghargaan Nobel Perdamaian Suu Kyi Dicabut.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement