REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Inggris meningkatkan anggaran bantuan luar negeri, khususnya untuk negara berkembang pada 2015. Menurut data yang disiarkan, Kamis (17/11) Ethiopia dan Pakistan menjadi dua negara penerima dana bantuan terbanyak.
Departemen Pembangunan Internasional Inggris (DfID) menggelontorkan 12,1 miliar pounds (15 miliar dolar Amerika Serikat) dana bantuan internasional tahun lalu, atau naik sekitar empat persen dari 11,7 miliar pounds (14,55 miliar dolar AS) pada 2014.
Pemerintah Inggris terikat dalam janjinya dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mengalokasikan 0,7 persen nilai Produk Domestik Brutonya ke dana bantuan asing. Namun komitmen itu tengah disoroti banyak pihak, khususnya sejumlah anggota dewan yang beranggapan, dana milyaran dolar tersebut lebih baik digunakan di dalam negeri.
Yayasan Thomson Reuters sempat mengungkap September, Inggris kehilangan 40 persen dana bantuan asingnya karena penipuan pada tahun anggaran 2015/2016 dibanding tahun lalu.
DfID yang bekerja dibantu organisasi mitra, diantaranya termasuk badan amal, perusahaan swasta, dan lembaga PBB mengatakan tingginya jumlah kasus penipuan disebabkan "pengawasan ketat" departemen.
Menurut data yang disiarkan Kamis (18/11), Pakistan menjadi negara penerima dana terbesar dengan 374 juta pounds, diikuti Ethiopia 339 juta pounds. Posisi selanjutnya diisi Afghanistan, Nigeria, dan Suriah.
Inggris berjanji akan mengalokasikan satu miliar pounds untuk mendanai program penanggulangan penyakit HIV/AIDS, malaria, dan tuberkulosis dunia bulan lalu.