Sabtu 19 Nov 2016 17:50 WIB

Tim Struktur Keamanan Nasional Donald Trump Diisi Tokoh Anti Islam?

Rep: Puti Almas/ Red: Nidia Zuraya
Presiden terpilih AS Donald Trump.
Foto: AP
Presiden terpilih AS Donald Trump.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih Donald Trump tengah mempersiapkan siapa saja yang berada dalam struktur keamanan negara tersebut. Mulai dari Jaksa Agung, direktur CIA, hingga penasihat keamanan nasional.  

Namun, beberapa pilihan Trump nampaknya mengkhawatirkan kalangan Muslim dari sekutu Timur Tengah dan orang-orang di Negeri Paman Sam. Mereka meyakini bahwa Gedung Putih akan siap berpeangan melawan umat Islam, dilihat dari nama-nama yang diajukan oleh miliarder itu.  

Salah satunya adalah Michael T Flynn yang disebut oleh Trump akan menjadi kepala penasihat keamanan nasional AS. Ia yang merupakan mantan kepala Badan Intelijen Pertahanan berulang kali menyebut Islam sebagai sebuuah 'kanker' yang berbahaya.  

Kemudian jaksa agung AS dikatakan akan dijabat oleh Jeff Sessions. Ia yang merupakan seorang senator selama ini dikenal sangat mendukung Trump yang berkampanye melarang Muslim dan imigran untuk pergi dari Negeri paman Sam.  

Kemudian Trump juga memilih Mike Pompeo sebagai direktur CIA. Ia juga dikenal sebagai sosok yang mensponsori rancangan undang-undang (RUU) untuk melarang Ikhwanul Muslimin. Organisasi Islam yang berbasis di Mesir itu dituduh dapat merencanakan serangan besar dan menyusup melalui pemerintahan AS.  

Dengan demikian, dua kunci keamanan nasional negara terlteak pada Sessions dan Pompeo. Keduanya sangat mungkin untuk memerangi Islam dengan cara keras dan seolah mengatakan hal itu dilakukan untuk membasmi teroris.  

Pengamat dari organisasi Perdamaian Internasional, Carnegie mengatakan hal itu tak akan membantu AS dalam perang melawan terorisme. Sebaliknya, hal itu hanya akan menimbulkan masalah baru yang jauh lebih besar. 

"Untuk memerangi terorisme perlu komitmen dan pandangan sama dari sisi Muslim dan Islam, bukan justru meperlakukan mereka dengan keras dan menyamakan mereka secara keseluruhan sama," ujar Muasher, yang juga merupakan mantan duta besar Yordania untuk AS, dilansir Washington Post, Sabtu (19/11).

Sementara, kelompok Muslim AS menyampaikan kekhawatiran mereka. Banyak yang menganggap perlakuan diskriminatif dengan mudah terjadi kepada mereka. 

"Semua orang Amerika harus peduli dan tak membiarkan itu terjadi," jelas seorang imam masjdi di Washington, Talib M Shareef.

Meski demikian, tim transisi Trump menepis kekhawatiran tersebut. Menurut mereka, presiden akan mengelilingi dirinya dengan individu berbakat yang memenuhi syarat dan menjalankan tugas sebagaimana ditetapkan oleh pemerintah. 

Trump disebut berjanji untuk menyatukan warga Amerika dari seluruh latar belakang. Bahkan, nantinya semua orang di negara itu sadar bahwa ia adalah pemimpin paling inklusif dalam sejarah. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement