Ahad 20 Nov 2016 07:08 WIB

Semua Rumah Sakit di Suriah tak Berfungsi

Rep: Sri Handayani/ Red: Andri Saubani
Kehancuran di Aleppo, Suriah.
Foto: AP Photo/Aleppo Media Center AMC
Kehancuran di Aleppo, Suriah.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Direktorat Kesehatan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, semua rumah sakit di Suriah tak berfungsi setelah serangan udara terakhir. Pasukan Suriah dan sekutunya, Rusia, dikabarkan telah membombardir fasilitas kesehatan yang dikepung oleh para pemberontak di Aleppo Timur. Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, Susan Rice mengatakan, Amerika Serikat (AS) mengutuk serangan tersebut. 

Rice mendesak Rusia sebagai sekutu Presiden Suriah Bashar al-Assad segera menghentikan aksi kekerasan tersebut. Seperti dilansir Reuters, serangan udara intensif dilakukan secara bertubi-tubi di bagian timur Aleppo sejak Selasa (15/11). Tentara Suriah dan sekutu kembali melakukan operasi setelah serangan sepekan sebelumnya. 

Lembaga pengawas perang, Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris, menyebutkan, setidaknya ada 27 korban tewas di Aleppo Timur. Termasuk di antaranya adalah anak-anak. “Mereka menghancurkan infrastruktur yang penting bagi kehidupan anak-anak, lansia, dan perempuan. Tanpa jaminan layanan kesehatan, mereka meninggal dunia,” kata Direktur Kesehatan Aleppo kepada Reuters

Perwakilan WHO di Suriah, Elizabeth Hoff, mengatakan, lembaga bantuan PBB bekerja dari perbatasan Turki. Mereka menegaskan, semua rumah sakit di Aleppo tidak bisa memberikan layanan kesehatan. Kelompok pengawasan mengatakan, beberapa rumah sakit masih beroperasi. Namun, masyarakat tak berani menggunakan fasilitas tersebut karena penembakan bertubi-tubi mengarah ke kawasan tersebut.

Dari sumber layanan medis, warga, dan pemberontak, diketahui bahwa rumah sakit di wilayah itu telah rusak karena serangan udara beberapa hari terakhir. Namun, baik Rusia maupun pemerintahan Assad membantah telah menargetkan rumah sakit dan infrastruktur sipil lain selama perang. 

Lembaga amal di bidang kesehatan, Doctors without Borders, melaporkan, telah ada 30 rumah sakit menjadi sasaran tembakan sejak awal Juli lalu. Para dokter dan penyedia layanan medis tidak bisa mengirimkan alat kesehatan dan obat-obatan ke kawasan tersebut. Mereka berupaya mengembalikan fungsi rumah sakit yang rusak, namun kurangnya pasokan logistik membuat hal itu sulit dilakukan. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement