REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia sebagai negara yang aktif di dalam ASEAN dan Gerakan Non-Blok (GNB) memiliki tanggung jawab secara moral membantu Muslim Rohingya di Myanmar. Indonesia bisa memulai melakukan dialog secara tertutup dengan Myanmar.
Dosen Hubungan Internasional di Universitas Padjajaran, Teuku Rezasyah mengatakan penyelesaian masalah Rohingnya bisa dilakukan baik-baik dengan saling menghormati kedaulatan masing-masing negara. Isu tersebut tidak boleh dijadikan isu yang bisa memecah-belah ASEAN sehingga segala kritik bisa disampaikan dengan tertutup.
"Misalnya dalam pertemuan antarkepala negara. Enggak perlu dunia tahu. Presiden Jokowi bisa menunjuk Dubes senior RI untuk bertemu pimpinan Myanmar," ujar dia, saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (20/11).
Selain itu, tambah Teuku, Pemerintah Indonesia bisa juga memanggil Duta Besar (Dubes) Myanmar ke Jakarta dan bertemu dengan pejabat Kementerian Luar Negeri RI. Dengan demikian, pesan yang dimiliki Pemerintah Indonesia bisa secara langsung tersampaikan.
"Bisa mengatakan, intinya kami mengerti kesulitan Myanmar, tapi kami juga mendapat tekanan dari dalam negeri. Marilah kita cari mekanisme yang beradab sehingga ada penyelesaian," jelasnya.
Teuku Rezasyah juga mengatakan, langkah lain yang bisa ditempuh Pemerintah Indonesia untuk menyelamatkan Muslim Rohingya adalah mengajak pemuka agama Islam dan pemuka agama Budha Indonesia untuk ikut berdialog dengan Myanmar. Hal itu agar Myanmar mengetahui jika di negara mayoritas Muslim, hak-hak penganut Budha tidak dilanggar dan Indonesia bisa menjadi contoh baik.